“Pilihan RT besok, saya mau nyalonin kamu, Yan...” kata Mang Odon yang menjejeri langkah Kabayan sepulang kumpulan (rapat) di balai desa yang membahas soal restrukturisasi perangkat pemerintahan desa, mulai dari tingkat atas sampai bawah. “Kenapa saya yang dicalonkan, Mang? Kurang kerjaan ah...” jawab Kabayan.
“Yeeh, justru kamu itu sesuai dengan kriteria yang disampaikan Pak Kades tadi, muda, bebas kepentingan, enerjik, punya pisi dan misi dalam membangun lingkungan, dan belum pernah terlibat dalam pemerintahan sebelumnya...” kata Mang Odon lagi. “Aaah itu kan harapan Pak Kades. Yang dipimpin kan bukan Kades, tapi rakyat, harusnya rakyat yang ditanya, seperti apa kriteria calon pemimpinnya...” timpal Kabayan. “Lagian, muda dan enerjik belum jadi jaminan saya bisa menjadi pemimpin yang baik, Mang. Soal bebas kepentingan, saya sendiri nggak yakin apa saya ini bisa bebas dari kepentingan. Soalnya, saya sendiri merasa banyak kepentingan. Saya merasa penting buat nyari duit banyak, biar saya nggak terus-terusan dimarahi si Abah dan si Iteung. Pisi dan misi saya juga nggak jelas, jangankan pisi-misi jadi ketua RT, pisi-misi hidup saya aja nggak jelas...” tambah Kabayan.
“Nah, justru pemimpin seperti ini yang dibutuhkan...” timpal Mang Kodar, Ketua RT sekarang yang sudah menyatakan diri tidak ingin memperpanjang masa jabatannya yang akan segera berakhir itu. Mang Kodar ikut dalam rombongan pulang itu, maklum mereka satu RT, jadi arah pulangnya sama. “Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang rendah hati, tapi bukan rendah diri...” sambung Mang Kodar. Mang Odon mengiyakan, “Nah, Yan, dukungan sudah bertambah. Jadi penilaian saya soal kamu cocok jadi ketua RT itu nggak subjektip kan, buktinya banyak yang menilai sama!” kata Mang Odon.
“Saya tidak rendah diri, Mang. Tapi saya ngukur kemampuan diri sendiri. Lah, kalau saya sendiri merasa tidak mampu, saya nggak mau memaksakan, takutnya nanti rakyat yang jadi korban karena ketidakmampuan saya. Jadi pemimpin itu kan bukan soal dukungan dan penilaian dari orang lain saja, tapi juga harus bisa mengukur kemampuan diri. Jangan hanya karena dicalonkan dan dipuji-puji mampu, terus asal maju, kan nanti yang kecewa itu rakyat!” kata Kabayan.
“Tapi kan kadang-kadang orang itu tidak menyadari potensi dirinya sendiri. Justru potensi seseorang itu seringkali dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Ada orang yang mampu memimpin, tapi dirinya tidak merasa. Kan sayang, hanya gara-gara tidak menyadari potensinya, terus kita biarkan begitu saja...” kata Mang Kodar lagi. Mang Odon mengamini lagi, “Bener itu Yan, saya dan Mang Kodar sudah melihat potensi itu ada di diri kamu. Kamu cerdas, bisa mempengaruhi orang, bisa diandalkan dalam situasi sulit, mampu mencari jalan di saat situasi sulit... dan banyak lagi...” tambah Mang Odon.
“Hidup saya mah sudah sulit Mang, jadi yang terpaksa saja harus mencari jalan buat ngakalinnya. Masak sudah hidup sulit hanya pasrah!” jawab Kabayan. “Nah, justru itu. Kondisi masyarakat kita sekarang sedang berada dalam masa sulit, harga-harga terus naik, kemiskinan meningkat, pengangguran tambah banyak, ketergantungan pada produk asing, pembodohan global....” samber Mang Kodar.
Kabayan nyengir pait, “Lah, masak ketua RT ngurusin yang begituan! Presiden kita aja yang lulusan es tiga dan dibantu menteri yang pinter-pinter, nggak bisa mengatasinya, apalagi saya yang cuma lulusan SMA. Jangankan memberantas kemiskinan, saya aja miskin. Jangankan mengurangi pengangguran, saya aja banyakan nganggurnya daripada kerjanya...” kata Kabayan.
“Yaah, maksudnya kan dalam skala kecil...” kata Mang Kodar lagi. Kabayan garuk-garuk kepala, “Perasaan dari dulu, setau saya, ketua RT itu nggak punya tugas memberantas atau mengurangi kemiskinan, paling hanya disuruh mendata orang miskin di lingkungannya, mendata orang yang nganggur, bikin pengantar kalo mau bikin katepe, cuma gitu-gitu aja kan?” tanya Kabayan.
“Pan ini yang disebut dengan restrukturisasi sama Pak Kades tadi...” timpal Mang Odon. Kabayan manyun, “Terus tunjangan buat ketua RT juga direstrukturisasi nggak?” tanya Kabayan. “Nah, kalo soal itu, tanya aja langsung ke Pak Kades!” sambung Mang Kodar.
Kabayan diam, sambil terus melangkah pulang, diiringi dua tetangganya yang bersemangat itu. “Jadi gimana, Yan, siap untuk dicalonkan jadi ketua RT? Kalau kamu bersedia, kita akan menggalang dukungan buat kamu, saya sama Mang Kodar yang akan jadi tim suksesnya....” kata Mang Odon lagi.
Kabayan menggeleng, “Jadi ketua RT di sini mah nggak perlu tim sukses, begitu ada yang bersedia aja langsung dipilih dengan sukacita!” kata Kabayan. “Naah, berarti kemungkinan kamu sukses terpilih jadi ketua RT lebih besar dong, Yan. Mau kan?” tanya Mang Kodar lagi. Kabayan menggeleng, “Nggak ah, jadi ketua RT mah dapet capeknya doang, gengsi enggak, duit apalagi. Tapi kalau ada masalah, ketua RT duluan yang disuruh maju atau tanggungjawab. Kenapa nggak nyalonin saya jadi Kades saja, tahun depan kan pemilihan?” Kabayan balik nanya.