Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mister Tukul Mengejar Setan

9 September 2012   16:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:42 2977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pos Ronda Cibangkonol rame di Minggu malam Senin. Beberapa peronda, antara lain Kabayan, Mang Suha, Joni Jontor, Ujang Sadut, dan Obed Gondrong asyik menonton acara televisi yang tanpa kesepakatan apa-apa, memutar acara Tukul Arwana; Mister Tukul, yang meskipun dikenal sebagai pelawak, di acaranya ini ia keliatannya nggak ditugaskan untuk melawak, tapi malah mengejar setan, bersama pemburu hantu sekaligus pelukis hantu Soleh Pati. “Tukul nggak lucu ya di sini...” kata Obed Gondrong, yang kata temen-temennya mirip mantan pembawa acara misteri jaman dulu, Ismail Shahif, makanya, kadang dia dipanggil Obed Uka-uka, meksi sebetulnya Obed ini termasuk penakut sama hal-hal yang berbau ghaib.

“Ini mah memang acara setan Bed, bukan acara lawak, makanya Tukulnya nggak lucu, meski celamitannya pada cewek tetep saja, meluk-meluk bintang tamu, colak-colek...” jawab Joni, penggemar berat acara misteri dan setan-setanan yang sekarang jumlahnya sudah makin berkurang di televisi tidak seperti tiga-empat tahun yang lalu. “Terus, ngapain sekarang si Tukul jadi ngejar-ngejar setan begitu, apa sudah nggak laku melawak?” tanya Obed lagi.

“Yeeh, ini teh namanya dipersipikasi jenis acara, kalau minjem istilah pertanian mah. Tujuannya supaya nggak bosen liat Tukul di Empat Mata terus...” kata Mang Suha yang juga punya kumis lele ala Tukul, meski lebih tebal, mungkin ini turunan kumis lele dumbo.

“Kalau dipersipikasi acara, kenapa beloknya ke acara setan, bukan ke acara lain, misalnya acara politik, masak, atau acara olahraga?” Obed kayaknya masih nggak terima. “Yeeh, ya suka-suka dia atuh Bed, mau dia bawain acara setan kek, ngelawak kek, apa kek. Lagian kalo Tukul bawain acara toksow (talkshow)  politik, apa nyambung? Kalau bawa acara masak, apa ada orang yang selera, atau kalau bawa acara olahraga, apa bisa?”

“Bukan itu...” kata Obed, “Kalau bikin acara di tipi itu kan harusnya ada tujuannya, ada gunanya. Terus acara ini tujuan sama manpaatnya apa?” tanyanya lagi. “Ya hiburan lah, emang apalagi..” jawab Mang Suha, “Jangan berharap acara setan-setanan kayak gini ada manpaatnya lah, kalau ditanggapi serius, lama-lama kita malah jadi musrik. Lebih celaka lagi kalo kita besok-besok kita mengundang pemburu hantunya buat mengusir setan di rumah kita...” lanjutnya.

Obed diem sebentar, “Iya lah, kita anggap hiburan saja, sama seperti acara Tukul lainnya. Tapi itu yang bikin lukisan setan hebat juga ya...” kata Obed mengomentari Soleh Pati yang beraksi melukis sosok makhluk astral (makhluk astral teh apaan ya? Istilah darimana juga itu?) dengan menutup matanya.

“Hebat apanya? Hebat karena bisa meihat setan? Semua orang juga bisa saja ngaku-ngaku punya kemampuan melihat makhluk ghaib, toh, kalaupun diminta buktinya, tinggal mengelak, atau tambahin lagi ngibulnya...” kata Ujang Sadut. “Dulu aja si Kosman ngaku-ngaku bisa melihat setan, buktinya dia malah mati kecemplung sumur gara-gara nggak liat ada tali sumur di dekat kakinya. Masak setan bisa dilihat, tali sumur yang jelas segede jempol nggak keliatan...” lanjutnya.

“Bukan hebat soal bisa melihat setannya...” kata Obed, “Tapi saya mah muji, dia bisa melukis dengan mata ditutup, terus lukisannya juga lumayan berbentuk dan nyeni, meski soal kebenaran sosok setannya mah, mana kita tau...” sambungnya.

Peronda lain mengangguk-angguk, “Bener juga ya Bed, padahal kalau dia beneran bisa melukis dan lukisannya nyeni, kenapa harus jadi pemburu hantu, mendingan jadi pelukis saja...” kata Ujang Sadut, “Kalau jadi pelukis beneran kan dia bisa kaya beneran, tapi kalo jadi pemburu hantu, yang ada hantu-hantu malah sebel sama dia karena hidupnya diganggu terus...”

“Iya, bener juga, mendingan dia jadi pelukis beneran ketimbang jadi pemburu hantu, sudah ketauan bakatnya...” timpal Mang Suha, “Biar aja kerjaan pemburu hantu mah buat orang yang nggak punya bakat dan butuh kerjaan, cuma butuh sedikit keberanian dan jago ngawadul (ngibul)...”

“Eh, tapi ada juga lho, pemburu hantu yang jadi ustad, terus dapat istri artis cantik...” kata Ujang Sadut. Mang Suha, Obed, dan Joni melirik, “Siapa Dut?” tanya mereka kompak. Tapi belum sempat Ujang Sadut menjawab, dari kejauhan terdengar teriakan, “Maliiiiing!”

Dan Kabayan yang sedang terkantuk-kantuk langsung bangkit, sementara teman-teman rondanya malah bengong. Kabayan berhenti dan melirik pada teman-temannya, “Yeeeh malah bengong... setan yang nggak jelas dikejar-kejar, itu maling yang beneran jahatnya malah diantepin!” katanya dengan jengkel.

Ujang Sadut, Joni Jontor, Mang Suha, dan Obed Gondrong baru nyadar, lalu beringsut meraih sarungnya masing-masing.

Jogja, 9 September 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun