Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Celah Larangan Hipnotis dalam P3-SPS

27 Juni 2014   07:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:40 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

“Cuma sementara aja ya larangannya?” tanya Mang Odon pada Mang Jajang, setelah temannya itu memberi tahu soal larangan sementara KPI pada tayangan YKS.

“Ya begitu di berita ini. Namanya sementara ya nanti mungkin akan nongol lagi, mungkin pake nama ‘Bukan YKS’ atau ‘Masih YKS’ atau ‘Tetap YKS’ atau apa lah, hehe.. biasa, ganti nama dikit, isinya sama, pengisinya sama, nanti biasanya kena masalah yang sama lagi...” jawab Mang Jajang.

“Biasa tuh, kelakuan tipi kita... bikin acara seenaknya, asal laku, nggak penting acaranya itu ada manpaatnya atau enggak. Nanti kalau sudah kena masalah, alim sebentar, nurut sebentar, habis itu ya begitu lagi..” timpal Mang Usup yang juga ikutan ngobrol di Pos Ronda Cibangkonol sore itu. “Herannya, bisa-bisanya bikin acara nggak pake mikir dulu, kayak nggak pake konsep. Asal dianggap lucu dan masih ada yang mau ngiklan, ya hajar terus..” sambungnya.

“Itu yang bikin masalah, soal hipnotis itu ya?” tanya Mang Odon lagi. “Iya, pake menghipnotis liat an*g seperti liat Benyamin S segala, ya ngamuk lah keluarga, orang Betawi, sama penggemarnya...” jawab Mang Jajang, “Nih di berita, KPI sekarang mulai berpikir untuk melarang acara hipnotis-hipnotisan di tipi, apalagi hipnotis buat heureuy (goyon) kayak begitu!” lanjut Mang Jajang.

“Ya bener lah, selama ini acara hipnotis-hipnotisan ujung-ujungnya suka ngaco, mulai dari kelakuan yang ngaco sampai pengakuan yang ngaco, yang seharusnya bukan untuk diomongin di depan tipi dan ditonton jutaan orang...” kata Mang Odon, “lagi pula, saya mah kadang nggak terlalu percaya sama hipnotis-hipnotisan gitu, apa beneran dihipnotis atau cuma pura-pura biar acaranya seru!”

“Kalau beneran KPI mau melarang hipnotis, memangnya sudah ada aturannya?” tanya Mang Usup, “Setau saya, waktu ada sosialisasi dulu, nggak ada aturan soal hipnotis...” sambungnya.

“Ya ini, kata orang KPI di berita ini, soal hipnotis baru akan dibuat aturannya. Bisa jadi nanti kalau ada repisi P3-SPS masalah ini bakalan masuk..” jawab Mang Jajang. “Kalau menurut saya mah soal hipnotis salah kaprah begini bisa masuk di bagian soal mistik, horor, dan supranatural...” lanjutnya.

“Nggak cocok ah, hipnotis kan bukan mistik, katanya ada ilmunya, jadi ilmiah, bukan klenik!” sanggah Mang Usup. “Model hipnotis di tipi-tipi itu sih lebih masuk di soal pelanggaran hak pripasi atau soal kesopanan, kayak yang menghipnotis artis-artis itu yang sampe buka-bukaan hal pribadi yang nggak pantes didenger orang. Sementara kasusnya YKS mah itu masuk penghinaan dan pelecehan alias perbuatan tidak menyenangkan!”

“Terus, soal hipnotis ini mau ditaruh di mana?” tanya Mang Jajang pada Mang Usup.

“Ya harusnya P3-SPS direpisi, masukin pasal husus soal hipnotis yang dipake asal-asalan, atau jangan-jangan cuma hipnotis-hipnotisan. Kalau hipnotis-hipnotisan kan berarti namanya penipuan, pembohongan kepada penonton!” kata Mang Usup lagi. “Bener nggak Yan?” tanya Mang Usup pada Kabayan yang sedari tadi hanya diam sambil menguap.

Kabayan garuk-garuk kepala, “Soal repisi mah gampang Mang. Kalau memang perlu repisi ya direpisi lah, biar tambah bagus. Soalnya tipi kita kan suka aneh-aneh....” jawabnya. “Tapi persoalannya, menurut saya mah bukan soal repisi. Repisi terus-terusan juga percuma kalau sudah direpisi tapi nggak pernah dipatuhi aturannya. Yang bikin acara nggak pernah merhatiin aturan, yang bikin aturan cuma bikinnya doang. Baru ribut kalau sudah ada persoalan. Itu juga kadang telat.. sudah telat, responnya juga cuma teguran atau penghentian sementara. Nggak bikin kapok!” lanjut Kabayan sambil menguap.

Mang Jajang dan Mang Usup mengangguk-angguk, “Bener juga sih Yan...”

“Terus sekarang gimana?” tanya Mang Odon.

“Ya kan biasanya sudah cukup dengan ‘sementara’ nanti kalau sudah pada lupa ya nongol lagi...” jawab Kabayan lagi...

Jogja, 27 Juni 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun