Kalau saja Percy Buckley masih hidup, entah bagaimana perasaannya melihat turnamen bulutangkis yang digagasnya saat ini. Bisa jadi ia bangga, karena ide yang tadinya sederhana, kemudian disukai, disambut baik di seluruh wilayah Inggris, hingga akhirnya mendunia.
Bisa jadi ia juga bersedih. Olahraga yang disukainya itu, yang dengan bangga disebut sebagai olahraga 'asli' Inggris, saat ini tidak lagi menjadi 'milik' orang Inggris. Bukan soal klaim 'asal-usul' yang berpindah tangan atau diakui negara lain, tapi soal supremasinya.
Ya, sudah lama sekali Inggris tidak lagi menjadi 'penguasa' dalam bulutangkis dunia. Para pemainnya juga bukan lagi 'penjajah' berbagai turnamen. Saat ini, Inggris tak lebih sebagai penyelenggara turnamen kelas dunia, tapi prestasi pemain-pemainnya tak lebih dari pelengkap sebuah turnamen belaka.
Tahun 1898, Percy Buckley menjabat Sekretaris Guildford Badminton Club. Saat itu, di Inggris badminton memang semakin populer, dimainkan baik pria ataupun wanita. Banyak klub-klub yang didirikan di seantero Inggris.
Hanya saja, klub-klub itu tak lebih dari klub 'senang-senang,' artinya belum muncul gagasan untuk mengarahkannya menjadi sebuah olahraga tanding. Mr Buckley-lah yang kemudian memiliki ide untuk membawa badminton menjadi olahraga tanding. Karena itu, ia kemudian membuat sebuah turnamen antarklub, terbuka bagi pemain dari klub manapun (di Inggris tentu saja).
Turnamen itu akhirnya digelar pada 10 Maret 1898. Hanya satu hari saja, mempertandingkan tiga kelas saja, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Pasangan dari klub Ealing, Stewart Massey dan D. Oakes menjadi juara ganda putra. D. Oakes juga menjuarai ganda campuran berpasangan dengan Daisey St John. Di ganda putri, Mary Violet Graeme yang berpasangan dengan Muriel Lucas dari klub Teignmouth menjadi kampiun.
Kesuksesan turnamen itu rupanya menarik perhatian Badminton Association (Asosiasi Badminton Inggris). Dengan mengadopsi turnamen ciptaan, Buckley, tahun berikutnya diselenggarakan Badminton Association Tournament (BAT), pada 4 April 1899.
Turnamen inilah yang kemudian menjadi cikal bakal All England yang kita kenal sekarang. Nama All England waktu itu bukanlah nama resmi hanya sebutan saja, karena semua pemainnya berasal dari klub-klub se-Inggris. Nama resminya ya tadi, BAT.
Nomor yang dipertandingkan juga sama, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Turnamen itu diselenggarakan di London Scottish Drill Hall, juga hanya satu hari saja. Pesertanya, 13 pasangan putri, 14 pasangan putra, dan 25 campuran. Total ada 63 pemain, dimana setiap pemain bisa bermain untuk ganda putra/putri maupun campuran.
Pemenangnya? Sama dengan pemenang Turnamen Guildford. Sebuah piala mungil diberikan kepada para pemenangnya. Hadiah lainnya? Jangan bayangkan duit puluhan ribuan dollar seperti sekarang. Masing-masing pemenang hanya mendapatkan duit 2 Guinea (setara 2,1 poundsterling) dan runner-up mendapat 1 Guinea.
Karena dianggap sukses, BAT kemudian dijadikan sebagai turnamen tahunan dengan berbagai perbaikan di sana-sini, termasuk soal jumlah peserta yang terus bertambah dan tentu saja penambahan hadiahnya. Selain itu, mulai digunakan shuttlecock standar yang diimpor dari Perancis, disebut dengan 'barrel shuttlecock' karena bentuknya mirip tong anggur. Sementara raketnya terbuat dari kayu. Meski 'standar' kok-nya tidak benar-benar sama, dalam hal ukuran dan berat. Termasuk juga raketnya.