Pertandingan babak 16 besar leg pertama antara tuan rumah Olympiacos melawan Arsenal yang berakhir dengan skor 1-3 untuk kemenangan The Gunners, menyisakan harap bagi klub London itu untuk meraih trofi. Sebaliknya, menyisakan pekerjaan besar bagi The Thrylos, karena harus menang setidaknya 3-0 di kandang Arsenal.
Meski begitu, klub asal kota Piraeus Yunani itu juga bukan tanpa harapan. Posisi mereka di Super League Greece --kasta tertinggi liga sepakbola Yunani---bisa dibilang sangat aman. Mereka bertengger di puncak dengan perolehan 64 poin dari 25 pertandingan. Saingan terdekat mereka Aris Thesaloniki dan AEK Athens, terpaut jauh dengan sama-sama mengemas 48 poin saja.
Sebagai informasi, Super League Greece musim ini diikuti oleh 14 tim, dengan demikian total pertandingan akan berjumlah 26. Hanya saja, ini belum final, karena enam tim teratas akan diadu lagi untuk menentukan juara dan juga jatah masuk Liga Champions dan Europa League.
Bagi Olympicos, putaran pertama ini menyisakan satu pertandingan melawan AE Larissa tanggal 14 Maret. Apapun hasilnya, mereka pasti akan masuk kelompok atas, sehingga akan melakoni tambahan 10 pertandingan lagi.Â
Dengan menyisakan 11 pertandingan, mereka hanya perlu mencapai poin 82 untuk menjadi juara Yunani yang ke-45. Atau hanya butuh 14 poin saja.Â
Itupun bisa lebih cepat jika antara Aris atau AEK Athens lebih sering kehilangan poin. Kans mempertahankan juara musim lalu sangat terbuka bagi tim asuhan Pedro Martins ini.
Selain itu, mereka juga harapan trofi lain di ajang Greek Football Cup. Mereka sudah melaju ke babak semifinal dengan menyingkirkan salah satu saingan berat mereka, Aris Thesaloniki dengan agregat 3-1. Di semifinal nanti, mereka akan berhadapan dengan calon lawan antara lain PAOK, PAS Giannina dan yang terberat adalah AEK Athens.
Siapa bertemu siapa belum diputuskan. Undiannya belum dilakukan, menyusul kisruh saat undian babak 16 besar sebelumnya. Undian itu tidak dihadiri oleh perwakilan tim manapun, dan dilakukan secara live streaming.Â
Ketika dua tim kuat saat ini, Olympiacos dan Aris diputuskan saling bertemu, sementara satu tim kuat lagi, AEK Athens menghadapi Volos NFC yang dianggap lebih enteng, pihak Olympiacos dan Aris menuduh undian itu telah direkayasa dengan memanaskan bola Olympiacos dan Aris agar mereka bertemu lebih awal.
Siapapun lawannya nanti, satu-satunya yang kemungkinan bisa menjegal harapan Olympiacos meraih trofi mereka yang ke-29 hanyalah AEK Athens, tim yang sedang limbung dan nyaris nirgelar lagi seperti musim lalu.
Trofi ketiga yang menjadi incaran Olympiacos adalah Europa League. Ini sebetulnya bukan incaran utama, karena sebelumnya mereka berlaga di Liga Champions.Â
Sayangnya, di babak grup, mereka bergabung dengan klub-klub yang tangguh, Manchester City, Porto, dan Marseille. Dari enam laga, mereka hanya menang 1-0 melawan Marseille.Â
Poin 3 itu terlalu jauh dari milik City (16) dan Porto (13). Untung saja, masih cukup untuk membuat mereka pindah haluan ke Europa League karena meski Marseille juga punya 3 poin, mereka 'unggul' dalam selisih gol (Olypiacos -8, dan Marseille -11).
Masuk babak 32 besar Europa League, mereka berhasil menumbangkan raksasa Belanda PSV Eindhoven dengan agregat 5-4 (menang 4-2 di kandang, dan kalah 1-2 saat tandang).Â
Setelah itu, nasib mempertemukan mereka dengan Arsenal yang langsung menggasak mereka 3-1 di kandang sendiri, Karaiskakis Stadium. Â Â
Harapan untuk meraih trofi ketiga musim ini untuk melengkapi peluang treble Olympiacos sungguh berat. Seperti sudah disinggung di atas, mereka perlu setidaknya menang 3-0 di kandang Arsenal.Â
Jelas ini bukan hal yang mudah. Perkaranya bagi Arsenal, ini adalah trofi harapan mereka satu-satunya musim ini, sekaligus membuka peluan mereka untuk berlaga di Liga Champions musim depan andai bisa menjuarainya. Maklum, di liga primer, posisi mereka sangat jauh dari harapan.
Untuk menjalani misi 'setengah impossible' itu, harapan Olympiacos bertumpu pada penyerang mereka, Youssef El-Arabi yang mencetak satu gol saat melawan Arsenal itu. El-Arabi, pemain timnas Maroko ini memang tidak muda lagi, usianya sudah menginjak 34 tahun. Tapi jangan tanya soal kemampuan mencetak golnya.
El-Arabi memang bukan pemain kelas dunia, meski berpengalaman di liga-liga Eropa. Memulai karirnya di klub Perancis Caen musim 2008-2011 ia menyumbang total 28 gol dari 76 pertandingan.Â
Belum cukup meyakinkan. Karena itulah ia kemudian terbuang ke klub Arab Saudi, Al Hilal musim 2011-12. Meski hanya bermain sebanyak 32 kali, rasio golnya naik, ia mengemas 16 gol.
El-Arabi kemudian digaet oleh klub Granada yang berlaga di La Liga Spanyol. Tiga musim merumput di La Liga (2012-16), ia mengemas 134 caps dengan sumbangan 45 gol, sebuah angka yang lumayan bagus.Â
Itulah yang kemudian membuatnya dipinang klub Qatar, Al Duhail. Tiga musim di Qatar, naluri mencetak gol El-Arabi malah makin terasah. Bayangkan saja, dari 87 pertandingan, dia menyumbang 100 gol untuk Al Duhail!
Itulah yang membuat Olypiacos kepincut. Saat bergabung, usianya sudah kepala tiga, 32 tahun. El-Arabi langsung menunjukkan ketajamannya. Di musim pertamanya itu, ia menyumbang 27 gol dari 51 pertandingan di semua ajang yang dilakoni Olympiacos, termasuk di kancah Eropa.Â
Ia bahkan menjadi top skor klub dan juga top skor liga dengan sumbangan 20 gol. Musim ini, dari 22 pertandingan liga, ia sudah mengemas 18 gol, plus 3 gol di kancah Eropa (Europa League dan Champions League). Ia juga masih bercokol sebagai pengemas gol terbanyak (sementara) di Super League.
Statistik menunjukkan bahwa semakin tua, pemain yang lahir di Kota Caen Perancis ini bukannya semakin redup, justru makin kinclong. Ia bahkan bisa mengalahkan dua pemain depan Olympiacos lainnya yang jauh lebih muda.Â
Selama ini, ia selalu ditandemkan dengan pemain Mesir, Ahmed Hassan (28 tahun) yang baru menyumbang 11 gol, atau bahkan dengan Hugo Cyupers (23 tahun) pemain asal Belgia yang baru menyumbang satu gol.
Karena itu, tak heran jika Pedro Martins, pelatih yang menangani Olympiacos sejak 2018 tak pernah mengistirahatkan El-Arabi, kecuali cedera. Itupun hitungannya El-Arabi masih cukup bugar, karena nyaris bebas dari cedera serius.
Bukan hanya Martins yang masih percaya dengan kemampuan El-Arabi. Pelatih Timnas Maroko, Vahid Valilhodzic juga masih mempercayainya. Di Tim berjuluk Singa Atlas itu, El-Arabi menjadi pemain paling senior yang bertahan.Â
Ia mulai membela negaranya tahun 2010 dan sudah ikut bertarung di tiga Piala Afrika. Torehan golnya pun lumayan, 16 gol dari 45 caps, hanya kalah dari pemain muda Chelsea Hakim Ziyech yang sudah mengemas 17 gol dari 37 caps.
Apakah hanya statistik yang menjadi modal El-Arabi menghadapi 'mission nyaris impossible' melawan Arsenal tanggal 18 Maret nanti? Tentu saja tidak.Â
Meski pengalamannya di kancah Eropa masih miskin, ia punya catatan mengesankan. Gol pertamanya di Liga Champions dicetak 22 Oktober 2019 ke gawang Bayern Munchen yang kemudian menjadi juara musim itu.
Musim lalu, Olympiacos juga terlempar ke Europa League. Di babak 32 besar, mereka berhadapan dengan musuh yang sama saat ini, Arsenal. Di leg pertama, Olympiacos menjadi tuan rumah, dan mereka kalah 0-1 berkat gol tunggal Alexandre Lacazette.Â
Di leg kedua, yang dilangsungkan di Emirates Stadium, babak normal Olympiacos unggul 1-0 berkat gol Pape Abou Cisse. Skor ini membuat pertandingan harus dilanjutkan ke babak kedua.Â
Saat Arsenal sudah nyaris berpesta berkat gol tambahan Aubameyang menit 113, mimpi mereka buyar di menit terakhir (120) ketika Olympiacos menambah satu golnya lagi. Skor menjadi 1-2, agregat 2-2, dan Olympiacos lolos berkat gol tandang. Siapa pahlawannya? Siapa lagi kalau bukan El-Arabi! Â
Melihat ini, sudah selayaknya Olympiacos tak berkecil hati. Sebaliknya, bukan pula saatnya Arsenal untuk merasa jumawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H