Kaos tim (jersey) pada mulanya hanya memiliki satu tujuan sederhana, membedakan antara dua tim sepak bola yang bertanding. Dengan begitu, para pemain tidak akan keliru saat memberikan operan, wasit tidak keliru memberi hukuman, dan penonton bisa membedakan pemain yang didukung dengan tim yang harus disoraki. Itu saja.
Bentuknya dan coraknya seperti apa? Terserah. Paling banyak adalah soal pemilihan warna. Ada yang memilih satu warna, atau gabungan dari dua atau lebih warna yang bisa berdekatan maupun yang kontras sama sekali. Bagi yang memilih dua atau lebih warna, perpaduannya bisa belang-belang horizontal atau vertikal.
Lama kelamaan, warna dan corak kaos ini menjadi identitas yang melekat pada sebuah tim. Selain punya nama, klub-klub biasanya punya julukan.Â
Nah, salah satu asal julukan sering datang dari warna yang dipakainya. Sebut saja Liverpool yang berjuluk The Reds, Chelsea yang disebut The Blues, Real Madrid dipanggil Los Blancos (Si Putih), Inter Milan disebut I Nerrazurri (si Hitam Biru), tetangganya, AC Milan I Rossonerri (si Merah Hitam) dan sebagainya.
Bisa juga digabung dengan julukan lain, misalnya Persebaya si Bajul Ijo (Buaya Hijau), PSM si Juku Eja (Ikan Merah), Tottenham Hotspurs dipanggil The Lilywhites (Lily Putih), dan lainnya.
Belakangan, kaos tim juga memiliki fungsi tambahan yang tak kalah penting, tapi tak ada urusannya dengan teknis pertandingan, yaitu menjadi 'papan iklan' yang kemudian memberi pengaruh pada wajah sepakb ola dunia, terutama dalam aspek bisnisnya.Â
Saat ini, menaruh nama atau logo produk di jersey sepak bola menjadi ajang promosi yang menarik minat banyak merek berbagai produk.Â
Alasannya mudah saja, karena dilihat banyak orang, apalagi jika pertandingannya disiarkan televisi, dan jersey replikanya banyak dibeli penggemar. Sejauh ini, hanya kaos timnas saja yang masih bebas sponsor (kecuali kaos untuk latihan).
Lalu klub manakah yang pertama kali memasang sponsor dalam kaos tim mereka?
Secara global, tim asal Uruguay, Penarol, dianggap sebagai yang memulai gagasan ini sejak tahun 1950-an. Sayangnya tidak banyak detail mengenai apa dan bagaimana mereka melakukannya.Â
Kabarnya, pemasangan sponsor seperti itu hanya bagian dari usaha pengumpulan dana yang tidak berkaitan dengan pertandingan resmi, melainkan pertandingan amal atau persahabatan untuk tujuan tertentu.