Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Inilah Kudeta: Haiti 2004

5 Februari 2021   11:26 Diperbarui: 5 Februari 2021   11:38 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendukung Jean-Bertrand Aristide, Presiden Haiti yang dua kali dikudeta (Foto: Voltairenet.org)

Tanggal 5 Februari 2004, geng bersenjata berjuluk 'The Cannibal Army' melakukan kerusuhan di Kota Gonaives, Haiti, 140 km sebelah utara ibukota Port-au-Prince. Geng ini melakukan penjarahan di toko-toko, merebut kendaraan, dan membakar kantor polisi untuk mendapatkan tambahan senjata. Kota kecil di tepi Teluk Gonave itu berhasil mereka kuasai dalam hitungan jam saja. Polisi sama sekali tak berdaya, sebagian tewas, sebagian lagi menyelamatkan diri keluar kota.

Pemincu kemarahan geng yang dipimpin oleh Butuer Metayer ini dipicu oleh kemarahan mereka atas tewasnya Amiot Metayer, pimpinan geng sebelumnya. Amiot ditemukan tewas September 2003 dengan kondisi mengerikan, bola matanya lepas, dan jantungnya dikeluarkan dengan menggunakan senjata tajam.

Butuer, sang adik, mengambil alih pimpinan geng, dan bersumpah akan membalas kematian kakaknya itu. Orang yang dituding berada di balik kematian kakaknya tak lain dari Presiden Haiti, Jean-Bertrand Aristide. Jauh sebelum itu, Amiot sebetulnya pernah membantu Aristide saat ia dikudeta dari kursi kepresidenannya tahun 1991, hingga kembali memimpin lagi tahun 1994 sampai 1996. Pun selama Aristide menjadi oposisi dari tahun 1996 hingga 2001 sebelum ia kembali ke kursi Presiden tahun 2001.

Di masa kedua kepresidenan Aristide inilah Amiot Metayer merasa sakit hati. Ia berubah menjadi penentang Aristide dan pulang ke kampungnya di Gonaives untuk menjadi pimpinan geng yang sering berbuat onar.

Setelah menguasai Gonaives, Butuer mengganti nama gengnya dengan Front Perlawanan Revolusioner Artibonite untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pihak luar. Artibonite adalah provinsi dimana kota Gonaives itu berada. Ia berkampanye untuk menggulingkan dan juga membunuh Aristide.

Propagandanya itu berhasil menarik sejumlah dukungan. Pada 14 Februari 2004, datang bala bantuan dari mantan tentara pemberontak pimpinan Louis-Jodel Chamblain. Chamblain melarikan diri ke Republik Dominika, negara tetangga Haiti di yang menempati bagian timur Pulau Hispaniola di Laut Karibia Amerika Tengah. Chamblain adalah mantan pemimpin 'Milisi Kematian' yang membunuh dan melukai sekitar 4.000 orang di Haiti tahun 1990-an.

Bantuan lain datang dari Guy Philippe, gembong narkoba di Haiti. Berkat bantuan Chamblain dan Philippe, kelompok itu kemudian berhasil merebut pusat kota Hinche yang berada tak jauh dari perbatasan Dominika pada 17 Februari 2004. Seluruh provinsi Artibonite dikuasai, jalur ke utara dan ke selatan wilayah itu diblokir.

Dua hari kemudian, 19 Februari 2004, Front itu diganti lagi namanya menjadi Front Nasional untuk Pembebasan dan Rekonstruksi Haiti. Tak lama kemudian, kota terbesar kedua di Haiti yang berada di utara, Cap-Hatien, dikuasai kelompok ini. Praktis, bagian utara negara itu sudah dikuasai oleh kelompok pemberontak. Tujuan mereka berikutnya adalah ibukota, Port-au-Prince, tempat Aristide berada.

Rencana ini membuat kepanikan besar di seluruh Haiti. Rakyat berbondong-bondong keluar dari negara itu, sebagian mencoba menerobos ke Dominika, sementara sebagian besar lainnya berusaha menuju AS melalui jalur laut.

Aristide terpojok. Dalam keadaan itu, pada 28 Februari 2004 datanglah pasukan AS untuk 'menyelamatkan' Aristide. Aristide 'diminta' untuk membuat pernyataan pengunduran diri sebagai Presiden Haiti. Setelah itu, mereka diterbangkan keluar Haiti, melalui Antigua, dan 'diamankan' di kota Bangui, Afrika Tengah!

Mendengar Aristide sudah mengundurkan diri dan meninggalkan Haiti, para pemberontak menghentikan serangan-serangan. Tapi tidak berarti Haiti menjadi tentram. Penjarahan dan tindakan main hakim sendiri masih terjadi. Sekelompok orang menjarah vila Aristide dan menguras isinya. Polisi terpaksa bekerjasama dengan para pemberontak untuk menjaga 'ketertiban.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun