Episode Awal: (1) Soso
Episode Sebelumnya: (62) Kembali ke Rumah
*****
Terbangun keesokan harinya, di meja makan kecil yang kakinya sudah reyot itu sudah tersedia sarapan. Permukaan meja itu tampak bersih. Mungkin Mak Keke membersihkannya terlebih dahulu sebelum menaruh sepotong roti, telor ceplok, dan segelas susu.
Eh, tunggu, ada sepotong daging pula di situ. Entah daging apa. Daging itulah yang membedakannya dari menu-menu sarapan sebelumnya yang tersedia di atas meja itu. Tanpa memikirkan lagi daging apa itu, Soso langsung melahapnya. Dan langsung tandas dalam sekali duduk. Mak Kekenya sendiri tak terlihat. Pasti tadi dia datang saat Soso masih ngorok di ranjang dan kasur tuanya.
Soso membuka pintu, angin dingin langsung menyerbu. Jalanan kecil di depan rumahnya tampak ditutupi salju tipis. Sudah banyak jejak yang melintasinya. Entah itu jejak kaki orang, jejak roda kendaraan, dan jejak lainnya, antara yang masih segar dengan yang sudah mulai terhapus.
Soso bimbang. Mau kemana pagi itu? Haruskah ia menemui Mak Keke di rumah Pak Koba? Lalu bertemu dengan dua saudara tirinya, si Yuri dan Bonia? "Nanti dulu lah..." pikirnya. Ia pun masuk lagi ke dalam rumah dan kembali menutup pintunya. Untuk menghilangkan pengap, ia membuka jendela satu-satunya di bagian depan rumahnya itu.
Tadinya ia kepikiran ingin menulis puisi lagi. Apalagi setelah pertemuannya dengan Tuan Niko Nikoladze, Walikota Poti yang memuji puisinya, ada sedikit pematik semangat baginya untuk menulis puisi lagi. Tapi saat hendak mengambil buntelan bawaannya, ia baru ingat. Ia tak lagi punya pena. Pena satu-satunya yang ia bawa sudah diberikan sebagai hadiah kepada si Mahmoud di Batumi.
Ia mengurungkan niatnya. Dan entah 'setan' apa yang merasukinya, tiba-tiba saja Soso mulai bergerak menyentuh barang-barang tak terurus di rumah itu yang tergeletak tak beraturan. Satu persatu dibersihkannya, disusunnya, diberesinya. Sampai suatu ketika ia baru menyadari kalau rumah itu mulai terlihat lebih 'manusiawi.'
Ia tersenyum, "Kapan terakhir aku beres-beres rumah ya?" ia geli sendiri. Dulu, jangankan datang dari kesadaran sendiri, digubrak-gubrak sama emaknya saja, dia tak pernah mau beberes seperti itu. Paling hanya menyingkirkan satu dua benda yang menghalangi atau tak berada di tempat semestinya. Meski ia juga nggak tau tempat 'semestinya' itu yang mana.
Saat beberes itu, Soso menemukan joran yang dulu sering dipakainya memancing di Sungai Kura. Masih lengkap dengan tali bahkan kailnya saja masih ada. Ia jadi kepikiran untuk pergi memancing. "Mancing ah..." pikirnya.