Saking banyaknya catatan kelakuan buruk Costa, suratkabar L'Equipe Prancis menobatkan Costa sebagai pemain paling dibenci tahun 2015. Jangankan berseteru dengan tim lawan, dengan kawan dan pelatihnya sendiri dia sering bikin perkara. Begitu pula dengan wasit. April 2019, Costa yang membela Atletico lawan Barcelona berseteru dengan wasit, Jesus Gil Manzano. Manzano menuduh Costa menghina ibunya. Bukan saja kartu merah langsung yang diterimanya saat itu. Federasi sepakbola Spanyol juga memberinya bonus larangan delapan kali bertanding.
Awal musim 2020/21 menjadi menarik ketika Atletico kedatangan Luis Suarez yang ditendang Barcelona. Keduanya memiliki reputasi yang serupa soal kelakuan buruk, bahkan pernah berseteru ketika Costa di Chelsea dan Suarez di Liverpool, pun ketika Suarez di Barcelona. Tapi ia menyambut kedatangan tandem barunya itu dengan candaan, "saya bisa berantem, dan dia bisa menggigit," katanya.
Lumayan juga hasilnya, di laga perdana Suarez berkostum merah-putih, Costa menghantam Granada dengan satu gol, dan Suarez menggigit dengan dua gol meski keduanya tak bermain bersama, alias bergiliran.
Tapi kedatangan Suarez juga menjadi akhir karirnya --sejauh ini---Costa menjadi lebih banyak duduk di bangku cadangan. Setengah musim ini, Costa baru tujuh kali main dan menyumbang dua gol. Hal yang kemudian dianggap sebagai salah satu alasannya meninggalkan Atletico dengan memutus kontraknya yang tersisa setengah musim.
Mungkin karena itulah Micah Richard menyodorkan nama Costa untuk City. Statusnya yang bebas transfer membuat City tak perlu keluar duit, hanya tinggal negosiasi gaji. "Setengah musim, cukup baginya..." kata Richard.
Masalahnya, apa iya City membutuhkan Costa? Membutuhkan pengganti --sementara---Aguero dan melapisi Jesus memang iya. Tapi mendatangkan Costa bisa jadi bukan solusi, malah jadi perkara. Sejauh ini City masih bisa mengakali lini depan mereka. Semalam saja, mereka bisa menggulung West Brom 5 gol tanpa balas untuk mengambil alih pimpinan klasemen tengah musim.
Jesus memang masih melempem, tapi para pemain sayap dan tengah mereka, Sterling, Gundogan, Mahrez, masih bisa unjuk gigi. Datangnya Costa, bisa jadi malah mengganggu harmoni itu. Pasukan Pep Guardiola musim ini cenderung bebas dari biang kerok. Dan mereka butuh biang gol, bukan biang kerok. Apalagi melihat sejarah, ada Sterling yang mantan pemain Liverpool yang pernah berseteru dengan Costa juga. Kalau Costa datang dan Sterling malah mutung, Guardiola malah lebih rugi lagi.
Costa-nya sendiri, memang terlihat tertarik dengan ide ke City itu. Daripada ke klub China seperti yang hampir dijalaninya saat ditendang Chelsea, City jelas lebih menarik. Setidaknya, ia punya peluang merasakan juara di Inggris lagi setelah dua kali bersama Chelsea tahun 2014-15 dan 2018-17, atau bahkan sama-sama merasakan nikmatnya mengangkat trofi Champions League bersama City untuk pertama kalinya.
Entahlah, yang pasti, keputusan bukan di tangan Micah Richard. Lihat saja beberapa hari ini, apakah si Bengal itu akan kembali ke Inggris atau ke tempat lain, atau bahkan menganggur lalu pensiun dini di usai 32 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H