Episode Awal: (1) Soso
Episode Sebelumnya: (56) Pondok Kayu Tepi Laut
*****
Lagi-lagi Soso terjebak dalam romansa sesaat itu. Ia mengikuti alurnya tanpa bisa melawannya. Setan-setan penggoda mungkin tertawa penuh kemenangan di sana, sementara para malaikat tertunduk lesu; kalah. Jika setannya adalah Natasha, manusia normal mana yang bisa menahan godaannya? Mungkin manusia-manusia beriman lain. Tapi bukan sosok kesepian yang hidup nyaris tanpa arah dan tujuan seperti Soso.
Bisa jadi, Natasha juga bukan setannya. Sosolah setannya. Perempuan itu, tak lebih baik dari dirinya, sama-sama makhluk yang terjebak dalam kesepian. Jika Soso hanyalah makhluk kesepian, kesepiannya masih ditambah lagi dengan penderitaan. Penderitaan yang tak kasat mata.
Orang yang tak mengenalnya mungkin akan menganggapnya perempuan yang beruntung. Lahir dibekali raga yang indah yang diimpikan banyak wanita. Lahir di tengah keluarga yang serba berkecukupan. Bahkan ketika orang-orang dengan status bangsawan di Georgia nyaris kehilangan semuanya, ia masih 'diselamatkan' oleh seorang 'pangeran' Rusia dari Crimea yang juga menyelamatkan bisnis keluarganya.
Dan itulah yang menjadi pangkal kesepian dan penderitaannya.
"Aku dulu punya cowok, waktu umurku 18 tahun...." kata Natasha, pagi itu. Pagi yang masih dingin setelah dari kemarin hingga semalam salju terus turun. Tapi ia rupanya sudah bersiap, datang ke pondok kayu itu dengan membawa bekal, beberapa potong daging dan kentang. Tangannya sibuk membalikkan beberapa potong daging di atas perapian.
"Dia menjalankan usaha yang hampir sama dengan bisnis keluargaku, tapi di sana, di Poti. Aku mengenalnya juga karena kakekku bersahabat dengan keluarganya. Waktu datang berkunjung ke sini, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama..." lanjutnya.
"Aku dan dia berhubungan dekat sejak saat itu, meski jarang bertemu karena jarak. Pertemuan ketiga, ketika ia datang sendirian ke sini, dia mengatakan akan melamarku setahun kemudian. Tapi itu tak pernah terjadi. Dalam rentang waktu aku menunggu saat itu, keadaan berubah banyak di sini, sampai akhirnya kakekku mengambil keputusan itu, menyelamatkan usaha keluarga dengan menikahkanku pada salah satu anak keluarga Gardanov. Selesai sudah. Bisnis keluarga, dan juga orang-orang yang bergantung dari usaha itu bisa diselamatkan. Tapi tidak dengan hidupku..."
"Terus apa rencanamu?" tanya Soso yang mendengarkannya sambil duduk di pinggir tempat tidur.