Episode Awal: (1) Soso
Episode Sebelumnya: (50) Menaklukkan Sidang Disiplin
*****
Januari 1896, setelah seluruh rangkaian peringatan Natal usai dan anak-anak bersiap untuk ujian semester, sekolah digegerkan oleh sebuah informasi. Romo Archimandrite Serafim, rektor seminari sakit. Mungkin kelelahan setelah menjalani rangkaian peringatan Natal yang memang panjang itu.
Tapi bukan itu yang menggegerkan anak-anak. Karena Romo Serafim tidak bisa menjalankan tugasnya sehari-hari, wakil rektor yang dulunya adalah kepala pengawas, Romo Germogen diangkat sebagai pejabat sementara. Kewenangannya hampir sama dengan rektor, terutama dalam hal operasional seminari sehari-hari.
Romo Serafim, selama ini dikenal sebagai orang yang moderat. Ia dianggap sebagai rektor yang sangat taat pada prinsip-prinsip agama, dibandingkan para guru dan pengawas lainnya yang sudah terpengaruh oleh politik.
Sebagai sebuah lembaga keagamaan, saat itu, Gereja Ortodoks Rusia dipandang tak lagi sebagai lembaga keagamaan yang murni. Tapi sudah disusupi oleh kepentingan politik Tsar. Gereja tak lebih dari perpanjangan tangan Tsar. Hal ini mulai terlihat sejak kepemimpinan Tsar Alexander I, tahun 1811. Keberadaan gereja di wilayah-wilayah taklukan baru Rusia dianggap sebagai upaya memakai agama sebagai penopang kekuasaan, bukan sebagai sebuah institusi yang mandiri yang benar-benar mengabdi di Jalan Tuhan.
Begitu pula dengan seminari-seminari yang didirikan seperti di Kiev, Ukraina, yang bertujuan membendung pengaruh Katholik Roma dan belakangan Gerakan Protestan. Seminari di Tiflis, Georgia, dan Baku, Azerbaijan, bertujuan membendung pengaruh Islam dari Otoman maupun Persia. Â
Seminari-seminari baru ini, sekilas memang mengajarkan agama. Tapi di saat yang sama juga menjadi lembaga yang digunakan untuk menyebarkan doktrin-doktrin politik Tsar. Karena itulah, guru-guru yang dipilih dan ditempatkan, kebanyakan berasal dari Rusia, yang tentu saja pro-Tsar. Hal ini bisa dilihat dari pemilihan kurikulum non-agama yang harus netral, atau jauh lebih baik jika sangat pro-Tsar. Mata pelajaran sejarah Rusia misalnya, rujukan utamanya adalah buku yang ditulis oleh Dmitry Ivanovich Ilovaysky.
Ilovasky, lulusan Universitas Moskow adalah sejarawan Rusia yang berhaluan anti-Normanis. Dalam pandangan Normanis, cikal bakal Rusia adalah dari bangsa Norse yang tiba di Novgorod[1] tahun 892 M di bawah kepemimpinan Rurik. Ia kemudian membangun kota yang dianggap sebagai cikal bakal Rusia itu. Sementara anti-Normanis menganggap, bangsa Rusia sudah ada jauh sebelum itu. Anti-Normanis menganggap bahwa bangsa Rusia bukan keturunan bangsa Norse yang dianggap sebagai leluhur bangsa Jerman meskipun Rurik memang berjasa membangun Novgorod.
Tsar Alexander II, yang dilanjutkan oleh Alexander III mengamini pendapat anti-Normanis karena tak ingin disebut sebagai ‘saudara’ atau bahkan keturunan Jerman. Oleh karena itu, sejarah Rusia versi anti-Normanis yang ditulis oleh Ilovaysky inilah yang digunakan sebagai rujukan, meski di kalangan sejarawan dunia argumentasinya dianggap lemah.[2]