Lima puluh episode sudah saya menyajikan kisah Joseph Stalin di Kompasiana. Setiap hari. Alhamdulillah tak pernah bolos.
Rasanya sudah saatnya saya sedikit membuka 'dapur'-nya sebelum meneruskannya kembali. Alasan pertama, untuk sekadar berbagi pengalaman. Kedua, saya mendapatkan banyak pertanyaan, saran, kritik, dan sebagainya yang perlu direspons.Â
Pertanyaan paling banyak mampir, baik secara langsung maupun melalui medsos tempat saya membagikannya adalah;
"Kenapa Stalin?"
Saya suka membaca buku biografi dan sejarah. Tahun 2011, saya membeli sebuah buku berjudul Stalin: Kisah-Kisah yang Tak Terungkap karya Simon Sebag Montefiore yang merupakan terjemahan dari Stalin: The Court of Red Tsar yang terbit tahun 2003. Buku terjemahannya itu cukup tebal, 800 halaman lebih. Mengisahkan Stalin ketika dia sudah berada di tampuk kekuasaan.
Sebagai sebuah buku hasil riset penulisnya, baik dokumen maupun lapangan, membaca buku itu sangat melelahkan. Ada begitu banyak peristiwa. Ada begitu banyak tokoh. Kisah yang melompat-lompat. Ada tokoh yang diceritakan berasal dari masa lalu, kadang juga kesaksian orang di masa mendatang. Sulit memahami runtutannya. Padahal, banyak kisah yang menarik di dalamnya. Termasuk masa kecilnya.
Bagian masa kecilnya inilah yang menarik perhatian saya. Stalin yang dibayangkan sebelumnya (setelah dia berkuasa) sangat berbeda dengan masa kecilnya. Sayangnya, bagian ini tak banyak diceritakan di buku ini.
Dari situlah saya mulai tertarik untuk menyusun ceritanya menjadi runtut berdasarkan waktu dan peristiwa. Disajikan dalam bentuk apa? Novel adalah bentuk yang saya pilih.
Menuliskannya dalam bentuk novel dalam pandangan saya akan memberi banyak keuntungan. Pertama dari sisi alur yang bisa dibuat lebih mengalir sehingga memudahkan pembaca memahami peristiwa dan latarnya. Tapi ternyata hal ini menjadi tantangan yang sangat berat buat saya yang menulisnya, karena harus 'membongkar' buku itu dan menyusun peristiwanya dalam sebuah lini masa.
Hal itu baru saya sadari ketika saya menyelesaikan satu episode. Mentok, karena masa kecilnya hanya diceritakan sangat sedikit di buku itu. Naskah itu mangkrak sejak tahun 2011, satu episode lewat sedikit.
Entah kenapa, ketika saya kembali terhubung dengan Kompasiana akhir bulan November lalu --bergabung Februari 2012, menulis sampai tahun 2016 lalu tiarap lama karena personal login---saya berani-beraninya menayangkan episode pertama (tanggal 27 November 2020). Awalnya, saya masukan di kanal 'novel' tapi beberapa saat kemudian dipindahkan oleh admin ke kanal 'humaniora' dengan label 'pilihan' yang disematkan. Ya sudah, biar saja.
Ternyata responnya lumayan. Saya jadi tertantang untuk meneruskannya. Hari itu juga saya mencari sumber-sumber lain, terutama untuk mengulik bagian masa kecilnya. Akses ke sebuah perpustakaan digital yang masih saya miliki membuahkan hasil, terkumpul lebih dari 10 buku biografi Stalin, termasuk yang paling saya perlukan. Lagi-lagi ditulis oleh Montefiore, judulnya The Young Stalin.