Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

#ImpeachmentDay: Trump dan Puisi Dian Sastro

14 Januari 2021   15:35 Diperbarui: 14 Januari 2021   15:39 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Sementara Republik? Sebelum Trump, belum pernah ada. Upaya pemakzulan Trump Desember 2019 (meski juga gagal di tingkat Senat) membuat skor menjadi 2-1, 2 untuk Demokrat, dan 1 untuk Republik. Maka kelakuan Trump itu menjadi kesempatan Demokrat untuk membuat skor menjadi 2-2. Kapan lagi coba kalau bukan sekarang? Dari satu orang bisa dapat dua angka.

Tapi dasar Trump, saat isu pemakzulan itu kembali mencuat, ia masih santai-santai saja, dan melanjutkan bait puisinya:

Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih. Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera?

Teng... loncengnya beneran berbunyi tadi pagi (waktu Indonesia). 222 anggota DPR dari Demokrat 'bertempur' melawan 207 anggota Republik. Celakanya, 10 orang Republik 'membelot' menyisakan 197 Republik yang dongkol. Kalah.

Demokrat tahu, Senat takkan bersidang sampai Biden-Harris dilantik nanti. Artinya, apapun hasilnya nanti, Trump tetap 'selamat' karena kali ini diselamatkan oleh bel tanda akhir pertandingan tinju, ketika dia sudah babak belur. Tapi bagi Demokrat, setidaknya, mereka sudah menyamakan skor menjadi 2-2.

Trump yang sudah babak belur meski tak sampai KO mulai limbung. Ia membacakan bait terakhir puisi itu:

Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?

Ketika DPR sedang bersidang (sebelum hasilnya muncul), kemarin Trump nongol lagi di Gedung Putih. Ia menyampaikan sebuah pernyataan yang berbeda dengan sebelumnya. Meski tetap tak ingin mengakui kesalahannya menjadi penyebab 'gelas pecah,' ia mengatakan, tak semestinya gelas itu pecah, rakyat Amerika harus bersatu lagi.

Tapi ya itu, telat. Kacanya sudah pecah. Pemecah kacanya sudah ditangkapi, dan Trump juga terancam diseret untuk diadili dengan tuduhan 'membacakan puisi yang menyebabkan gelas pecah.'

Kalau sudah begini, Trump tak bisa lagi melucu. Ia yang biasanya slebor, ceplas-ceplos, mulai menjaga mulut dan ucapannya.

Tapi Demokrat rupanya memang belum puas seratus persen. Mungkin rasanya masih nanggung, sudah hampir memukul KO tapi gagal. Harus ada 'pukulan' lain di luar ring agar, setidaknya, Trump kapok untuk naik ring dan meminta pertandingan ulang.

Caranya? Tiba-tiba muncul berita dari New York. Walikotanya, Bill de Blasio yang berasal dari Demokrat membuat pengumuman; Kota New York akan menghentikan kontrak bisnis dengan perusahaan Trump yang kebagian proyek mengelola dua arena seluncur es di Central Park dan lapangan golf di Bronx. Keuntungan sebesar 17 juta USD pertahun terancam menguap (apnews.com, 12/01/21).

Itu baru satu kota. Kota-kota lain belum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun