Sejak kemarin, tagar #ImpeachmentDay berkumandang. Menjadi trending, setidaknya di AS.
Seperti yang saya tulis sebelumnya (di sini), Stand Up Comedy ala Presiden AS Donald Trump sudah mencapai klimaksnya pada peristiwa penyerbuan Gedung Capitol oleh pendukungnya (01/01/21).
Setelah peristiwa yang menewaskan lima orang itu, termasuk seorang polisi, Trump masih melucu. Ia tak merasa isi pidato di depan para pendukungnya sebagai hasutan. "Totally appropriate," katanya berulang-ulang (meski bukan melalui akun medsosnya yang sudah ditutup).
Barangkali Trump sedang merasa jadi si Cinta yang diperankan oleh Dian Sastro dalam AADC (jilid satu). Merasa kesepian, lalu membaca puisi yang berjudul 'Tentang Seseorang' itu.
Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku. Aku lari ke pantai, kemudian teriakku. Sepi-sepi dan sendiri. Aku benci.Â
Puisi bener-bener menggambarkan suasana hati Trump yang mulai ditinggalkan kawan-kawannya, bahkan orang yang dianggap loyalis Trump juga satu persatu pergi, salah satunya Mike Pence, wakilnya yang tak lagi seiya-sekata, sareundeuk-saigel kalau kata orang Sunda, 'aku begini engkau begitu' kalau kata Broery Marantika.
Pastilah Trump jengkel. Kalau orang jengkel, obat paling ampuh adalah pelampiasan. Maka ia melanjutkan membaca puisi itu dengan nyaring, di depan para pendukungnya.
Aku ingin bingar. Aku mau di pasar. Bosan aku dengan penat, dan enyah saja kau pekat. Seperti berjelaga jika Ku sendiri.
Para pendukungnya yang setia, terutama yang terhasut ideologi 'white supremacy' yang diam-diam 'disebarkan' oleh Trump, merasa kasihan melihat junjungannya itu. Maka ketika Trump makin nyaring membacakan bait puisi berikutnya:
Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh.Â
Pecahlah sudah Capitol Hill. Gaduh lah.
Jangankan orang-orang Demokrat, orang Republik yang satu gerbong dengan Trump juga ikutan jengkel. Cuma ya mereka harus jaim sedikit.
Ketika anggota DPR AS yang dikuasai Demokrat kembali mendengungkan pemakzulan untuk kedua kalinya selama Trump berkuasa, orang Republik berusaha menahannya. Mereka mengakui kalau Trump salah dan mempersilakannya kalau akan mengadili Trump. Tapi mencopotnya dari kursi presiden menurut mereka adalah tindakan tak perlu. Mungkin iya, toh masa jabatan Trump hanya tinggal seminggu sebelum diambil alih Biden-Harris.
Tapi bagi Demokrat, lepas dari aksi koboy Trump, mereka juga merasa perlu menyamakan skor dengan Republik. Dua presiden dari Demokrat, Andrew Johnson (Presiden ke-17), dan Bill Clinton (Presiden ke- 42) pernah dimakzulkan DPR, meski gagal didepak dari kursinya di tingkat Senat.