Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kenangan Sepanjang Koleksi GIGI

9 Januari 2021   12:36 Diperbarui: 9 Januari 2021   12:39 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Album-album GIGI. Foto: koleksi pribadi.

Untung saja mereka segera 'insyaf.' Album kelima mereka Kilas Balik (1998) dirilis oleh Sony Music Indonesia; label Internasional yang baru masuk pasar lokal. Sony memang sedang gencar-gencarnya mengangkat band lokal. Sukses dengan album kompilasi Indie Ten yang memunculkan nama Padi dan Wong, mereka juga mengorbitkan beberapa band lain. Memang tak semuanya sukses. Diantara yang sukses adalah /rif dan belakangan Sheila on Seven.

GIGI beruntung 'diselamatkan' Sony Music. Di album itu saja, tiga single digeber, Dimanakah Kau Berada, Terbang, dan Rindukan Damai. Moncer lagi, padahal personelnya masih sama dengan album 2x2. Di album ini, menurut saya, identitas GIGI makin kuat, nuansa rock-nya makin kental, meski nggak jadi hard rock apalagi sampai metal dan heavy metal. Gaya jazz Budjana yang 'mengganggu' di album-album sebelumnya, justru malah terasa menjadi pembeda dengan band-band lain. Satu-satunya yang masih kurang nendang adalah bass. Kehilangan Thomas membuat sentuhan bass GIGI rada kurang nendang.

Untung saja Thomas berhasil melewati masalah pribadinya dan kembali di album Baik (1999). Opet yang sebetulnya sudah jadi anggota tetap, memilih mengembalikan posisinya kepada 'gurunya' Thomas. Dan di album Baik ini GIGI menemukan musikalitas terbaiknya. Memang single-nya Hinakah? tidak terlalu meledak. Tapi gaya ini melahirkan hits-hits lain di album-album berikutnya.  

Album ini menjadi penutup perjalanan GIGI di tahun 90-an. Tahun 2000, GIGI tak menelurkan album (album berikutnya rilis tahun 2001). Tahun itu juga adalah tahun penuh terakhir saya di Makassar. Enam tahun mengikuti GIGI, belum juga ada kesempatan menonton konsernya. Sampai akhirnya kabar gembira itu datang, Agustus 2000, GIGI akan konser di Makassar. Tempatnya seperti biasa, Balai Manunggal, gedung milik TNI AD yang sudah langganan jadi tempat konser musik. Dewa, Java Jive dan lain-lain sudah lebih dulu manggung di situ!

Berangkaaat! Gedung itu tak sampai satu km dari markas Himpunan Pelajar dan Pemuda Parahyangan (HIPMAPAR) yang juga jadi tempat tinggal saya sejak tahun 96. Nyanyi-nyanyi sama Armand Maulana sambil jingkrak-jingkrak sudah terbayang, apalagi Thomas sudah balik megang bass-nya, pasti asyik!

Tapi apa yang terjadi? Malam itu, 10 Agustus 2000. Budhy Haryono sudah duduk di belakang drumnya. Thomas dan Budjana sudah ngecek-ngecek sound. Armand belum terlihat. Semua penonton pasti berpikir Armand akan nongol belakangan, namanya juga vokalis. Mungkin sambil lompat, atau tiba-tiba nongol di antara penonton.

Sampai akhirnya, kabar itu disampaikan oleh Thomas dan Budjana. Armand tidak bisa hadir!

Penonton riuh. Macam mana pula mau nonton GIGI tanpa vokalisnya? Bahkan tak ada vokalis penggantinya pula! Jangan-jangan Armand 'bermasalah' seperti yang dialami Thomas sebelumnya. Jangan-jangan Armad dipecat atau mengundurkan diri. Jangan-jangan...

Tapi akhirnya, Armand 'nongol' juga. Bukan orangnya, tapi suaranya. Lewat saluran telepon yang dihubungkan dengan pengeras suara, Armand menyapa penonton dan menjelaskan ketidakhadirannya. Alasannya, kakak perempuannya, Nita Tilana (penyanyi dan juga presenter TV) meninggal dunia hari itu (entah subuh, pagi, atau siangnya, saya lupa). Armand tak bisa berangkat ke Makassar meski konser sudah terjadwal dan sudah tak mungkin bisa dibatalkan....

Tak ada lagi penonton yang protes. Semuanya ikut berduka. Semuanya maklum. Apalagi Armand berjanji akan segera 'menebus' ketidakhadirannya itu segera.

Dan malam itu, konser GIGI tak seperti yang dibayangkan semua orang. Konser itu berubah menjadi ajang karaokean bareng. Thomas, Budjana, bahkan Budhy yang duduk di belakang drum bergantian memandu repertoar yang sudah disusun. Sebait-dua bait mereka menyanyi, lalu diserahkan pada vokalis utama malam itu; penonton yang hadir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun