Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (41) Kopi dan Tembakau

6 Januari 2021   11:07 Diperbarui: 7 Januari 2021   12:13 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Si Silva dan si Nunu sering ke sana?" tanya Soso.

"Pernah, tapi jarang ke sana. Tenang aja, itu tempat tinggalku, bukan markas partai atau gerakan. Itu kan di tempat lain, yang kau kunjungi dulu waktu diskusi buku..."

"Terus ngapain kalau aku ke sana?" tanya Soso.

"Ya kita diskusi lah, tukar ide, gagasan, mungkin menyusun gerakan.. apa aja..." kata si Lado. "Yang jelas, di sana tembakau berlimpah. Kau bisa menikmatinya sepuasnya..."

"Kopi?" tanya Soso sambil tersenyum.

"Banyak. Di sana ada kedai minuman orang Jerman yang menyediakan kopi. Malah lebih enak dari kopi yang di sini!"

"Ya sudah. Kapan-kapan lah..." kata Soso.

"Besok ya, jam istirahatmu!" Lado memaksa.

Soso terpaksa mengangguk. Entah kenapa, susah banget baginya untuk menolak permintaan dari kawan sekampungnya itu.

*****

BERSAMBUNG: (42) Iblis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun