Mohon tunggu...
Alinza Naisyla
Alinza Naisyla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sometimes the smallest step in the right direction end up being the biggest step of your life for your success.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merangkul Empati: Sejauh Mana Peran Kita dalam Menjaga Kesehatan Mental Sesama?

4 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 6 Januari 2025   11:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan mental menjadi salah satu isu yang semakin mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang mulai menyadari bahwa menjaga kesehatan pikiran sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Hal ini tidak asing lagi, mengingat gangguan kesehatan mental dapat membawa dampak yang luas dan mendalam pada kehidupan seseorang. Tidak hanya merusak kepribadian seseorang, gangguan kesehatan mental juga dapat menghambat aktivitas di luar seperti saat sekolah, kuliah, maupun bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan mental tidak bisa dianggap remeh, karena dampaknya bisa sangat besar, mulai dari menurunnya kualitas hidup hingga memengaruhi hubungan sosial dan produktivitas sehari-hari.

Masalah kesehatan mental sering kali menjadi pemicu berbagai kejadian buruk, seperti meningkatnya angka bunuh diri, kekerasan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Dampak-dampak ini menggambarkan betapa pentingnya untuk memberikan perhatian lebih terhadap gangguan mental, agar dapat mencegah dampak negatif yang lebih besar bagi individu dan masyarakat.  Dikutip dari The British Journal of Psychiatry yang diterbitkan secara online oleh Cambridge University Press (16 Februari 2023), laporan terbaru World Health Organization (WHO) tentang Kesehatan Mental mencatat lebih dari satu miliar orang, atau sekitar satu dari delapan remaja dan dewasa di seluruh dunia, diketahui mengalami gangguan mental.

Gangguan mental yang paling umum terjadi adalah depresi. Data WHO menunjukkan hampir 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Depresi ini biasanya membuat penderitanya merasa sangat sedih, kehilangan minat pada hal-hal yang disukai, dan merasa putus asa. Selain depresi, kecemasan juga merupakan gangguan mental yang banyak dialami, dengan sekitar 301 juta orang terpengaruh. Orang yang mengalami kecemasan merasa cemas atau takut berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berbahaya, sehingga mengganggu kehidupan mereka.

Tidak hanya itu, gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani dengan baik dapat membuat seseorang merasa sangat putus asa hingga berujung pada bunuh diri. Perasaan sedih yang mendalam, cemas berlebihan, dan kehilangan harapan sering kali membuat mereka merasa tidak ada jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya. Tanpa adanya dukungan yang tepat dari orang yang ada disekitarnya, perasaan ini bisa menguasai pikiran mereka dan mendorong pada keputusan yang menjerumuskan.  Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Organisasi Riset Kesehatan -- BRIN, Yurika Fauzai Wardhani, dari 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahun 2012 sampai 2023, ada 985 kasus yang terjadi pada remaja atau sekitar 46,63% dari keseluruhan jumlah.

Sayangnya, meskipun pembicaraan mengenai pentingnya kesehatan mental semakin marak, stigma yang melekat pada masalah ini masih menjadi penghalang utama. Banyak orang enggan berbicara tentang kondisi mental mereka karena takut dikucilkan atau dianggap lemah. Padahal, dengan keterbukaan dan dukungan yang tepat, banyak individu dapat pulih atau setidaknya mengelola kondisinya dengan lebih baik. Oleh karena itu, menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kesehatan mental bukanlah tanggung jawab individu semata, tetapi juga tanggung jawab semua orang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendukung kesehatan mental, baik melalui kebijakan yang mendukung, edukasi, maupun tindakan sederhana seperti menunjukkan empati kepada orang di sekitar kita.

Sering kali, kita mendengar istilah "simpati" dan "empati" digunakan secara bergantian. Namun, keduanya memiliki makna yang berbeda. Simpati adalah perasaan kasihan atau kepedulian terhadap orang lain, sedangkan empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami pengalaman orang lain secara mendalam. Ketika kita berempati, kita tidak hanya melihat dari luar, tetapi juga merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Namun, menunjukkan empati bukanlah hal yang selalu mudah. Ada banyak tantangan yang mungkin dihadapi, seperti kesulitan memahami pengalaman orang lain, rasa lelah karena terlalu banyak memberi perhatian, atau kebiasaan menghakimi berdasarkan pengalaman pribadi. Meski begitu, empati adalah kemampuan yang bisa dilatih dan dikembangkan. Dengan meningkatkan kesadaran diri, melatih mendengarkan tanpa menghakimi, serta memperluas wawasan melalui cerita atau pengalaman orang lain, kita dapat menjadi lebih empatik.

Dalam hal ini, empati memainkan peran besar dalam mendukung kesehatan mental orang lain. Dengan menunjukkan empati, kita dapat membantu seseorang merasa lebih nyaman dan diterima. Ketika seseorang merasa didengarkan tanpa dihakimi, mereka lebih mungkin untuk berbicara terbuka tentang masalah yang mereka hadapi. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan perasaannya, yang merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan mental.

Empati sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan hubungan kita dengan orang lain. Ketika kita menunjukkan empati, kita memberi dukungan emosional kepada orang yang sedang menghadapi masalah. Dukungan ini membuat mereka merasa didengar dan dipahami. Selain itu, dengan hal ini kita bisa mengurangi rasa kesepian dan membantu mereka merasa lebih baik. Terutama bagi mereka yang sedang mengalami stres, depresi, atau kecemasan, merasa dipahami oleh orang lain akan sangat membantu perasaan mereka menjadi lebih baik.

Mengurangi pandangan negatif terhadap masalah kesehatan mental dapat dilakukan dengan menunjukkan empati. Dengan empati, kita menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi mereka untuk berbicara. Ketika orang merasa diterima dan tidak dihakimi, mereka lebih berani untuk mengungkapkan perasaan mereka dan mencari bantuan yang mereka butuhkan. Selain itu, empati juga membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih kuat. Ketika kita bisa memahami perasaan orang lain, kita bisa lebih mudah berinteraksi dan mendukung mereka. Baik itu dengan teman, keluarga, atau rekan kerja, hubungan yang penuh empati membuat orang merasa lebih dihargai.

Empati juga membantu mencegah masalah kesehatan mental menjadi lebih buruk. Terkadang, seseorang tidak langsung mengungkapkan apa yang mereka rasakan, tetapi dengan empati, kita bisa lebih peka terhadap perasaan mereka. Kita bisa memberikan dukungan sebelum masalah tersebut menjadi lebih serius, seperti depresi berat atau bahkan pikiran untuk bunuh diri. Dengan empati, kita juga menciptakan lingkungan yang mendukung di rumah, tempat kerja, atau sekolah, di mana orang merasa lebih aman untuk berbicara tentang masalah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun