Karya Besar Imam Al Ghazzali dalam bukunya menuliskan sebuah makna penting dalam kesabaran, seperti yang tertulis
Barangsiapa ingin selamat dari Azab Allah, memperoleh pahala dan rahmat-Nya,serta masuk kedalam Surga-Nya, hendaklah ia menahan dirinya dar i keinginan kepada keduniawian; hendaklah ia bersabar atas kesengsaraan dan bencana dalam kehidupan dunia. Allah SWT berfirman:
Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Q.S. Ali Imram[31]:146).
Kesabaran itu ada 3, yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah; sabar terhadap hal-hal yang diharamkan Allah; serta sabar atas musibah dan ketika mendapat goncangan jiwa. Yang terakhir inilah yang paling utama.
Barang siapa bersabar dalam ketaatan kepada Allah SWT, pada hari kiamat Allah SWT memberinya tiga ratus derajat di surga, sementara tinggi masing-masing derajat itu adalah setinggi antara langit dan bumi. Barang siapa bersabar terhadap hal-hak yang diharamkan Allah SWT, pada hari kiamat Allah memberinya enam ratus derajat di surga, dan tinggi masing-masing derajat adalah setinggi antara langit ketujuh dan lapisan bumi ketujuh. Barang siapa bersabar atas musibah, pada hari kiamat Allah memberinya tujuh ratus derajat di surga, dan tinggi masing-masing derajat itu adalah setinggi antara asry dan bintang kartika.
Diriwayatkan dari Nabi SAW; bahwa beliau bersabda, “Allah SWT berfirman: tidak ada hamba yang ditimpa bencana lalu bergantung pada-Ku, melainkan aku memberinya sebelum ia memohon kepada-Ku, dan aku mengabulkannya sebelum ia mengabulkan doa kepada-Ku. Tidak ada hamba yang ditimpa bencana lalu bergantung pada makhluk selain Aku, menutupkan baginya pintu-pintu langit.”
Dengan demikian, bagi orang yang berakal, ia wajib bersabar atas bencana dan tidak mengeluh, sehingga ia akan selamat dari azab dunia dan akhirat. Sebab, bencana yang paling keras adalah yang ditimpakan kepada para nabi dan para wali.
Al-junayd Al-Baghdadi r.a berkata, “bencana adalah pelita para arif, mengingat para murid, kebaikan bagi kaum mumin, dan kebinasaan bagi orang-orang yang lalai. Seseorang tidak merasakan manisnya keimanan sebelum ditimpakan kepadanya bencana, sementara ia merasakan senang dan bersabar.”
Rasulullah SAW. Bersabda, “barang siapa yang menderita sakit satu malam, lalu ia bersabar dan ridho kepada Allah SWT, niscaya ia keluar dari dosa-dosanya seperti saat ia dilahirkan ibunya. Apabila kalian sakit, janganlah mengharap kesembuhan.”
Adh-Dhahhak berkata, “barang siapa tidak ditimpa bencana, kesusahan, atau musibah selama empat puluh malam, ia tidak memiliki kebaikan di sisi Allah.”
Diriwayatkan, Muadz Ibnu Jabal r.a. berkata, “apabila hamba yang beriman ditimpa sakit, Allah berfirman kepada golongan kiri (syabib asy-symal), angkatlah pena darinya!; berfirman pada golongan kanan (syabib al-yamin), tuliskanlah untuk hamba-Ku sebaik yang dia kerjakan.”