Mohon tunggu...
Ali Nopa
Ali Nopa Mohon Tunggu... -

hamba Allah yang sedang belajar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

SMP IT, Anak Syiah, dan Anak Sunni Putra Kader PKS

28 Agustus 2012   15:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perseteruan sektarian antara Sunni dan Syiah di Sampang Madura menjadi topik utama berita di media media nasional terutama media elektronik sampai hari ini. Saya mencoba menulis sesuatu tentang syiah dan sunni di sekolah islam terpadu tingkat menengah pertama yang ada di kota saya. Mencoba menceritakan kisah pertemanan anak anak SMP yang menjadi "korban" pemikiran orangtuanya dalam arti positif.

Sebelumnya saya ingin menceritakan "Tempat Kejadian Perkara" tempat dimana kisah tersebut berlangsung yaitu di SMP Islam Terpadu. Sekolah Islam Terpadu (selanjutnya saya singkat menjadi SIT) yang saya maksud adalah sekolah yang berada di bawah naungan JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu) yang menaungi seluruh SIT dari sabang sampai merauke. Saya memberikan penegasan demikian karena banyak sekolah sekolah yang menamakan SIT namun tidak berada di bawah naungan JSIT (entah dapat darimana Label SIT itu mereka dapatkan). SIT merupakan sekolah yang memadukan antara kurikulum DIKNAS dan DEPAG serta rumusan dari JSIT Pusat. Sekolah ini juga memiliki Pramuka berbasis komunitas yang disebut SAKO Pramuka SIT. Sistem boarding dan full day schol menjadi pilihan tergantung kesiapan masing masing sekolah. Mengenalkan demokrasi sejak dini kepada siswa siswinya melalui PILKAOS (pemilihan ketua osis) yang sangat demokratis. terbukti dengan terpilihnya siswa berpaham Syiah menjadi ketua OSIS dan tidak ada kudeta dari siswa sunni kebanyakan maupun dari dewan gurunya :-). sekolah inisering juga di sebut sekolahnya PKS. Mungkin karena kebanyakan yang menjadi penasehat atau pembina adalah anggota anggota dewan dari PKS. padahal tidak ada "hitam di atas putih" yang menyatakan bahwa sekolah SIT adalah milik PKS.

Si anak Syiah yang merupakan ketua OSIS adalah anak dari salah seorang petinggi organisasi alumni mahasiswa Islam yang identik dengan warna hijau hitam dan juga petinggi LSM yang fokus mengurusi masalah lingkungan. Hebatnya, di usia yang masih sangat muda, si anak tersebut sudah mempunyai semangat yang tinggi menyebarkan pahamnya. Bukan sebab keingintahuan saya rasa, karena setiap ada guru yang memergoki dia berbicara tentang syiah, si anak tersebut langsung mengalihkan pembicaraan. yang menjadi sasarannya adalah teman teman sekelas yang mayoritas sunni namun juga dengan orang tua dengan beragam latar belakang berbeda. Ada yang dari Muhammadiyah, Nu dan tentu tak lupa ada juga yang orangtuanya pengurus Teras PKS.

Diskusi diskusi mereka cukup hangat walaupun tetap kelihatan SMPnya. Sering kali ketika jam istirahat mereka berkerumun untuk membahas buku buku yang dibawa si anak syiah. ada yang setuju, ada yang manggut manggut saja. Tapi di antara mereka ada juga yang mengcounter atau menentang dan yang paling getol adalah si anak sunni putra dari pengurus PKS tingkat Provinsi. Hal ini saya ketahui karena seringnya si anak sunni tadi berkonsultasi dengan para guru tentang hal hal yang telah mereka diskusikan. Tentunya paa guru terutama kepala sekolahnya membantu memberikan ämunisi" tambahan kepada si anak sunni tersebut supaya berimbang dan harapannya syukur syukur si anak syiah tadi bisa mengikuti pemikiran si anak sunni.

Saya kurang pahamtentang isi diskusi khas anak smp yang telah mereka lakukan. yang saya soroti disini adalah bagaimana menyikapi sebuah perbedaan yang terjadi. Pihak sekolah mendapat protes dari beberapa orang tua murid yang terganggu dengan pemikiran tersebut yang ternyata terbawa sampai kerumah mereka. Saya yakin pihak sekolah juga sudah berusaha memberikn jalan keluar atau solusi terbaik. salah satunya adalah dengan mengimbangi si anak syiah tersebut dengan lawan diskusi yang seimbang. dan yang terpilih adalah si anak sunni putra kader PKS karena memang dia yang terlihat paling getol dan tidak setuju. Yang pastinya Si Anak Syiah tersebut TIDAK DI HUKUM APALAGI DIKELUARKAN DARI SEKOLAH :-)

Mungkin kita perlu belajar kembali bagaimana menghargai sebuah perbedaan. Kepala boleh panas, tapi hati harus tetap dingin. Ketika berbeda dalam hal apapun tetaplah bersikap sopan, tak perlu menghujat, mencaci, fitnah sana fitnah sini, dan sebagainya. Kalau memang tak setuju tak perlu main hakim sendiri, serahkan ke lembaga yang berwenang. Dengan begini akan muncul indahnya demkrasi yang benar. Mari kita hormati pilihan yang berbeda dengan pilihan kita. begitu juga dengan pilihan politik. STOP MENCACI DAN MENHUJAT. TUNJUKAN DEMOKRASI YANG ELEGAN.

NB : Info terakhir yang saya dapat, si anak syiah mendapat beasiswa untuk kuliah di Iran dan teman temannya termasuk si anak Sunni Putra Kader PKS mendapat beasiswa untuk belajar ke Qatar dan Yaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun