Mohon tunggu...
Aline Di Jogja
Aline Di Jogja Mohon Tunggu... -

belajar sepanjang hayat....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wahai Guru, Lembutkan Katamu

26 Oktober 2011   14:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:28 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kenakalan dan kebrutalan remaja tentu sangat berkaitan dengan pendidikan yang mereka dapatkan. Bagaimana remaja bertutur kata dan bersikap tentu salah satunya adalah hasil dari pendidikan mereka di sekolah, khususnya sekolah dasar. Karena sekolah dasar adalah sekolah awal yang memberi basic bagi perkembangan jiwa mereka kemudian. Walaupun tak bisa disangkal, jika lingkungan keluarga, pergaulan bebas, dan budaya televisi ikut memengaruhi perkembangan mental remaja. Namun, pendidikan di SD punya andil yang cukup besar dalam membentuk perilaku remaja.

Saya adalah seorang guru muda di sebuah sekolah dasar. Karena tergolong baru, saya senantiasa belajar dengan mengamati, menyerap, dan menganalisa keadaan di sekolah baru saya. Salah satunya yang saya amati adalah tutur kata dan sikap guru kepada anak didik. Menurut saya, sikap guru terhadap siswa sangat mempengaruhi perkembangan pribadi mereka kemudian. Jika guru bersikap acuh terhadap siswa, cenderung merendahkan mereka, tidak menghargai bahkan hampir setiap hari menghina mereka. Pastilah siswa tersebut akan berkembang menjadi remaja yang kasar, suka merusak, namun rendah diri. Seperti salah satu puisi terkenal (cuma saya agak lupa), .... jika ana kau ajar dengan ejekan maka dia akan belajar rendah diri... (??? atau agak lupa saya hehehe). Sebaliknya, jika guru mencintai muridnya dengan sepenuh hati, senantiasa berkata bijak, bersikap menghargai, dan mendidik dengan tujuan baik, tentu siswa akan berkembang menjadi remaja yang percaya diri, dan bernai maju ke depan.

Tidak hanya sekali saya melihat sikap guru yang menurut saya kurang bijak. Memarahi siswa dengan bahasa yang tak dipahami anak, bahkan cenderung kasar. Bahkan saya membayangkan, anak kelas empat SD yang dimarahi dengan bahasa dewasa tentu dia akan bingung. Tentu tak ada gunanya guru itu marah-marah sedangkan siswa tak paham maksudnya. Bahkan tidak jarang anak dihukum berdiri, membersihkan kamar mandi, dan hukuman lain yang menurut saya tidak ada hubungannya dengan kompetensi yang sedang mereka pelajari.

Sering sekali saya mendengarkan guru berbicara kasar kepada murid. Hal ini sepertinya menjelaskan perilaku mereka yang suka berbicara kasar dengan orang lain dan lehilangan sopan santun kepada orang yang lebih tua. Bayangkan, jika anak hampir tiap hari dimarahi dengan bahasa yang kasar, tidak dihargai, tidak didorong semangatnya, bahkan cenderung diejek. Akan bagaimanakah kelak kepribadiannya? Tidak mustahil jika dia berkembang menjadi remaja yang temperamental dan kasar. Apalagi didukung lingkungan keluarganya yang sulit secara ekonomi, tinggal didaerah kumuh yang berbudaya kasar dan brutal.

Maka sudah seharusnyalah guru menginstropeksi diri. Lembutkan kata dan bijakkan sikap terhadap siswa. Lembut bukan berarti pelan, tapi keras namun dengan bahasa yang baik dan memberi dorongan. Jangan ada lagi kata-kata menghina dan mengejek untuk mendisiplinkan siswa. Tapi sebaiknya berilah nasehat dan hukuman yang terstruktur yang benar-benar bermanfaat bagi perkembangan pribadi mereka. Sering-seringlah memuji mereka. Karena ucapan guru adalah doa. Seperti ucapan seorang ibu terhadap anaknya. Walaupun siswa itu sangat lamban belajar, sulit disiplin, dan cenderung pemalas. Senantiasalah menegur dengan kata positif, seperti "Ayo segera selesaikan tugas, kamu pasti bisa!", bukannya "Ayo cepat! Kamu memang lamban!". Atau jika si anak lupa tidak mengerjakan PR, bukan kata "Dasar kamu memang malas dan tidak disiplin!", tapi "PR selanjutnya pasti kamu bisa mengerjakannya. Ibu tahu kamu pasti bisa disiplin!" Kemudian berikan hukuman yang mendidik dan terstruktur tanpa merendahkan harga diri mereka.

Bahkan ada seorang guru olah raga yang hampir tiap senin dalam mneertibkan persiapan upacara selalu menggunakan kata-kata negatif. Dia senantiasa bilang, "yang tidak bisa tertib akan saya hukum!"... padahal menurut saya akan lebih baik efeknya jika dia mengatakan "Ayo siswa SD sini pasti bisa tertib!"... Bahkan sering dia menggunakan kata-kata kasar yang menurut saya tidak perlu... padahal dia berbicara menggunakan mikrofon yang semua siswa bisa mendengarnya.. Pasti akan lebih baik efeknya jika dia menggunakan kata-kata positif dan bahasa jawa yang lebih halus. Seharusnya guru tidak boleh bosan untuk terus menanamkan citra positif pada siswa walaupun pada kenyataannya siswa itu sangat sulit diatur. Tapi dengan ucapan, dorongan , dan sikap yang positif terus menerus tiap hari tanpa lelah, Insya Allah siswa tersebut pasti akan berubah baik juga suatu saat. Seperti doa ibu yang tak putus-putus untuk anaknya...

Wallaahu 'alam

(Curhatku, 26 Oktober 2011)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun