Mohon tunggu...
Brilliant Dwi I
Brilliant Dwi I Mohon Tunggu... Freelancer - Memuat Opini yang

Mahasiswa Pendidikan UIN Jakarta | Acap membuat komik di Instagram @sampahmasyarakart | Sedang Belajar Menulis | #SalamAlinea

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Tidak Bisa Berkembang, Apakah Salah Sekolah?

6 Agustus 2019   23:09 Diperbarui: 7 Agustus 2019   09:02 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Youtube Deddy Corbuzier

Tulisan ini hadir paska penulis secara teliti memahami beberapa poin yang disampaikan oleh pesulap dan youtuber kondang, Deddy Corbuzier saat berbicara mengenai pendidikan dalam video yang ia unggah dalam kanal youtubenya. Secara keseluruhan, penulis memahami Deddy berpesan secara eksplisit bahwa "sekolah itu gak menjamin kamu sukses lho!". Oleh karenanya, untuk dapat memahami tulisan ini sepenuhnya, penulis persilahkan pembaca sekalian untuk menonton video yang bersangkutan.

Tentu banyak hal yang saya sepakati, terutama soal bagaimana sekolah dan kultur keluarga memperlakukan siswa yang kurang dalam akademik dan implikasinya terhadap kesuksesan siswa tersebut dimasa depan. Tidak heran, karena berangkat dari kisah tokoh sukses atau bahkan ilmuwan hebat, tidak sedikit dari mereka yang selama menempuh bangku sekolah dianggap sebagai siswa yang dikategorikan sebagai siswa yang kurang cerdas. 

Namun, lagi-lagi penjelasan panjang lebar Deddy Corbuzier dalam videonya tentu menuai banyak tanda tanya yang saya rasa perlu kita jadikan bahan perbincangan kedepan. Tulisan ini tidak akan membahas secara keseluruhan argumen yang Deddy utarakan dalam videonya. 

Fokus daripada tulisan ini adalah untuk mengulik dan menganalisis secara spesifik argumen Deddy sebagaimana disampaikannya di awal video, "Apakah sekolah ngajarin kita tentang uang? enggak. Gunanya sekolah ini apa? Gunanya Sekolah ini adalah menyamakan semua murid-murid menjadi satu, yang tugasnya nanti adalah kerja di Kantor. Dicetaknya sama semua." kemudian ia melanjutkan dengan argumen lain, "Jika ada seseorang yang jago nulis, dan difokuskan sejak dini untuk nulis. Maka jadi novelis anda, terkenal anda menjadi novelis. Kenapa tidak menjadi novelis? karena tidak hanya belajar nulis, belajar kimia dan fisika juga, yang lu gainget sekarang apa isinya. Kita diprogram untuk tidak bisa berkembang." Well, emang bener kita gak bisa berkembang di Sekolah?

Apakah Kita Tidak Bisa Berkembang di Sekolah?

Jawabannya tentu, BISA. Sekalipun kita bicara mengenai Sekolah di Indonesia yang dari segi kualitas belum sepadan jika dibandingkan dengan Sekolah-sekolah lain di luar negeri, kita perlu memahami bahwa sekolah dimanapun bukan diciptakan untuk menyamakan semua murid-murid menjadi satu yang disiapkan untuk bekerja di Kantor sebagaimana dikatakan oleh Deddy dalam videonya.

 Lebih luas dari itu, sekolah tentu diciptakan untuk mewujudkan tujuan daripada pendidikan, yang mana jika kita mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 pendidikan itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Kita juga tidak bisa pungkiri bahwa apa yang dikatakan oleh Deddy dalam videonya ada benarnya. Sekolah memang tidak mengajari secara langsung siswanya tentang uang atau bagaimana cara mengelola keuangan, tapi sekolah mempunyai Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang dimana secara tidak langsung melalui kegiatan-kegiatan dan manajemen konfliknya akan memberikan setidaknya secuil dari soft skill atau secara spesifik kemampuan manajerial keuangan sebagaimana disebut oleh Deddy. Oleh karenanya, mendorong siswa untuk turut aktif dalam organisasi tentu akan memberikan implikasi yang baik lagi luas terhadap perkembangan soft skillnya.

Argumen yang mengatakan bahwa siswa diprogram untuk tidak dapat berkembang juga tentu bisa dibantah. Bukankah sekolah punya ekstrakulikuler? dan bukankah dari sekian macam ekstrakulikuler tersebut bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat siswa? sekalipun sekolah tersebut tidak mempunyai ekstrakulikuler, bukankah ada banyak kursus atau komunitas untuk menyalurkan minat dan bakat siswa? adalah sebuah argumen yang pesimis untuk mengatakan bahwa siswa tidak dapat berkembang di Sekolah. 

Karena faktanya, kita tidak bisa mengatakan bahwa sekolahlah satu-satunya faktor yang menyebabkan siswa tidak dapat berkembang. Ada faktor motivasi, peran dan pengawalan guru serta orang tua, dan juga hal lain yang tentu turut mempengaruhi berkembangnya bakat siswa. 

Penulis sepakat bahwa siswa tidak harus menguasai seluruh mata pelajaran, tapi lagi-lagi adalah sebuah ketidakhati-hatian dan argumen yang pesimis bila mengatakan bahwa sekolah memrogram siswanya untuk tidak bisa berkembang karena pada kenyataannya tidak sedikit pula calon penulis hebat, pemain sepakbola professional, calon arsitek dan siswa berprestasi lainnya  yang ditemukan berprestasi di Sekolah akibat hasil dari bentukan dan koordinasi yang baik antara pihak sekolah dan orangtua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun