[/caption] Saat Akhirnya Engkau Pergi
"Maafkan aku. Malam ini aku tak bisa datang. Juga seterusnya."
Begitu isi SMS-mu yang baru saja kuterima. Dengan sedikit bingung, aku pun membalas SMS itu,"Kenapa? Apa yang terjadi?"
Lama SMS itu tergantung, tanpa ada balasan darimu. Sedang aku terus menunggu dengan perasaan campur aduk, tak karuan. Antara rasa cemas, takut, dan merana. Oh, akankah hubungan kita ini berakhir seperti apa yang kutakutkan selama ini?
Kembali kutatap meja makan yang penuh dengan hidangan spesial yang rencananya akan kita habiskan bersama. Sebuah black forest istimewa sesuai pesananmu yang kubeli siang tadi pun masih teronggok manis di atas meja, lengkap dengan sepasang lilin berangka yang menandakan usiamu saat ini. Tapi, engkau di mana, Sayang?
Hampir saja kupencet nomer ponselmu kalau saja pesan yang selalu kaudengung-dengungkan itu tak melintas di pikiranku. "Jangan pernah menghubungiku saat aku berada di rumah." Ah, tapi kalau kondisinya seperti ini, haruskah aku berdiam diri?
***
Jelang pukul sebelas malam.
Saat aku akhirnya terlelap lelah di atas meja makan, menunggumu yang tak kunjung datang ataupun memberi kabar. Ponselku akhirnya berbunyi nyaring.
"Ya, hallo.... Kamu di mana, Bang? Apa? Jadi, istrimu telah mengetahui hubungan kita? Lantas... apa? Kamu... kamu ingin mengakhiri semua ini? Kamu tak bisa meninggalkan istrimu? Lantas, aku... aku gimana? Gimana pula dengan calon anak yang ada di rahimku ini?"
Klik!
Hubungan ini pun berakhir sudah. Semua yang kutakutkan telah terjadi. Dan kini saatnya aku harus pulang.