Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] Film Kartini: Perjuangan Cantik Kartini yang Tomboi

1 Mei 2017   12:56 Diperbarui: 1 Mei 2017   14:55 7105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjuangan Cantik Kartini Melalui Pemikirannya (sumber: mediakonsumen.com with modified)

Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga nonton film ini Selasa pekan lalu (25/04/17). Niat awalnya sih pengen nonton saat long weekend kemarin. Tapi setelah dipikir ulang, dimana mal pasti penuh ramai oleh lautan manusia di saat libur akhir pekan--apalagi ini libur panjang, akhirnya waktu nonton pun diundur pas weekday. Heuheu, sekalian nomat alias nonton hemat gitu deh ceritanya. ;)

Well, alasan pengen nonton film ini tak lain dan tak bukan lebih didasari oleh para pemainnya seperti Dian Sastrowardoyo, Acha Septriasa, Ayushita, Christine Hakim, Reza Rahardian, Deddy Sutomo, Djenar Maesa Ayu, Adinia Wirasti, dll. Selain itu pas lihat trailer-nya di IG, entah kenapa saya langsung tertarik. Apalagi ditambah dengan nama besar Hanung Bramantyo sebagai sang sutradara yang pernah sukses menyutradarai film biopic "Soekarno", oke, let's go to the movie.

Dan ternyata, ekspektasi saya terhadap film ini tidaklah salah. Karena saya berhasil dibawa masuk pada era tahun 1800-an di kota kelahiran RA Kartini, Jepara, Jawa Tengah. Setting tempat kediaman Bupati Jepara, RM Adipati Ario Sosroningrat (ayah kandung RA Kartini, diperankan oleh Deddy Sutomo), wardrobe, kostum para pemain, sampai kepada dialog Jawa dan Belanda yang kental, membuat saya mengacungi jempol kepada film produksi Legacy Pictures dan diproduseri oleh Robert Ronny ini.

Mendobrak Tradisi Jawa Kuno

Film ini bercerita tentang kisah hidup tokoh emansipasi perempuan, RA Kartini (Dian Sastro) dalam rentang waktu 1883-1903 di Jepara, mulai dari kanak-kanak hingga dewasa. Dimana pada saat Kartini kecil, ia mengadakan perlawanan karena tak diizinkan tinggal bersama ibu kandungnya sendiri, Ngasirah (Nova Eliza sebagai Ngasirah muda), yang notabene bukan berasal dari golongan ningrat, walaupun bapaknya sendiri itu merupakan seorang bupati berdarah bangsawan. Oleh karena itu, Kartini diharuskan memanggil Ngasirah dengan sebutan Yu, bukan Ibu. Dan Ngasirah pun harus tinggal di rumah belakang sebagai pembantu, terpisah dari anak-anak dan suaminya sendiri.

Kartini kecil sangat tak berdaya pada tradisi yang berlaku saat itu, begitupun dengan sang ayah yang harus menikahi gadis ningrat agar bisa menjadi seorang bupati. Dan pada saat mendapatkan menstruasi pertamanya, maka mulailah Kartini menjalani kehidupan pingitan untuk menjadi Raden Ajeng dan siap dinikahkan oleh seorang bangsawan ningrat.

Kartini sangat tersiksa dengan kehidupan seperti itu, karena sejatinya ia ingin hidup bebas serta mengecam pendidikan tinggi seperti yang dialami kakak laki-lakinya, RM Sosro Kartono (Reza Rahardian) yang mendapatkan beasiswa belajar ke negeri Belanda.

Kartono yang iba pada penderitaan Kartini akhirnya memberikan sebuah kunci kepada adiknya itu. "Ini kunci yang akan menghubungkan kowe dengan dunia luar dari kamar pingitan."

Senyum Kartini pun merekah saat menerima kunci tersebut, apalagi mengetahui kalau itu adalah kunci lemari Kartono yang berisi buku-buku berbahasa Belanda yang membuat wawasan Kartini kian berkembang. Apalagi setelah kedatangan keluarga Ovink yang mengundang Kartini untuk bertandang ke rumahnya dan memfasilitasi Kartini untuk menerbitkan tulisan-tulisannya yang akan dibaca hingga ke negeri Belanda.

Sisi Lain Kartini dan Trio Semanggi

Bila selama ini kita mendapat gambaran--seperti yang ada di buku sejarah--sosok Kartini sebagai sosok perempuan yang anggun dan pendiam, maka film ini berhasil mengubah anggapan tersebut. Di sini, Kartini digambarkan sebagai perempuan tomboi dan pemberani. Bersama kedua adiknya, Kardinah (Ayushita) dan Roekmini (Acha Septriasa), mereka hobi sekali memanjat pagar dan juga bermain di pantai, meskipun kebaya dan kain tetap melekat di tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun