Mamahnya Tisna ternyata orangnya baik dan cantik. Dengan mengenakan gamis biru toska dan jilbab warna senada, wajahnya yang ayu tampak makin bersinar.
"Tapi Tasya gak bawa baju ganti, Tante." Tasya jadi serba salah dibuatnya.
"Tenang saja. Kamu bisa pakai bajunya Tiara, adeknya Tisna. Sepertinya badan kalian gak jauh beda deh," ujar Mamahnya Tisna dan segera menggiring Tasya masuk ke kamarnya Tiara, untuk berganti baju.
Usai makan siang dan sholat dzuhur berjamaah, Tisna pun akhirnya mengajak Tasya ke kandang yang ada di belakang rumahnya.
"A Tisna, tungguin Tiara atuh. Kan Tiara mau ikut main juga ke kandang."
Teriakan seorang anak perempuan berpipi temben dan bermata agak sipit dari arah rumah, segera menghentikan langkah Tisna dan Tasya.
"Nya, buru atuh, Neng," balas Tisna sambil berteriak juga.
***
"Nah, ini dia yang namanya Sinta dan Jeniper." Tisna menunjuk ke arah dua ekor anak sapi perah yang sedang asyik memamah biak. Tasya seketika terpesona. Karena baru kali ini dia secara langsung melihat wujud asli sapi perah.
"Ini anaknya sapi ya, Tis?" tanya Tasya dengan polosnya. Tisna hanya mengangguk. Tangannya sibuk memindahkan rumput yang sudah dicacah yang ada dalam karung ke tempat makannya Sinta dan Jeniper.
"Anaknya saja sebesar itu. Gimana induknya ya?" gumam Tasya sambil mengelus-elus kepala si Jeniper.