"Kenapa? Ada yang salah denganku?" Nurul bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Zulfikar malah memandangi Nurul mulai ujung kepala hingga ke ujung kaki.
"Kenapa? Kenapa memandangiku seperti itu?" Kembali Nurul bertanya dengan ekspresi bingung.
"Hm... kau itu tadi menjawab salamnya siapa?" Akhirnya Zulfikar tak tahan juga untuk bertanya.
"Eh?" Nurul balik menatap Zulfikar. "Maksud Abang apa?"
"Iya. Tadi kan pas kau masuk, bukannya sebut salam, tapi malah jawab salam. Salam siapa yang kau jawab itu?" Zulfikar makin heran menatap ke arah Nurul.
"Lho, bukannya tadi salah satu dari kalian yang menyebut salam saat aku baru aja sampe ke depan sini?" tanya Nurul sambil menunjuk ke arah pintu depan.
Serentak semua mata yang ada di ruang tamu itu saling bertatapan, kecuali Alya. Ia malah tampak tenang menanggapi keheranan teman-temannya.
"Jadi siapa yang menyebut salam?" tanya Yandri sambil menatap satu persatu personil yang ada di ruang tamu.
"Udahlah. Nggak penting juga dibahas." Alya akhirnya angkat bicara. "Yang penting sekarang, masakan udah pada beres belum?"
"Oya, ini aku bawakan kolak labu kuning. Kemarin kebetulan Ibu datang dari kampung bawa labu hasil kebun." Nurul menyerahkan plastik bening berisi kolak labu kepada Yunita yang segera ke dapur untuk memindahkannya ke dalam mangkok besar.