Baru saja Alya usai bicara, dari dalam rumah terdengar suara ribut-ribut.
"Yun, gimana, sih? Jangan iseng gitu, dong. Itu kan ikan asam padehnya belum masak. Kenapa kompornya malah dimatikan?" teriak Lidya kesal saat mengetahui kalau masakannya belum masak, tapi kompor malah mati. Padahal gas-nya masih banyak.
"Ih, enak aja. Siapa juga yang matikan kompor. Orang aku ini lagi sibuk cuci daun pucuk ubi (daun singkong), kok." Yunita balas teriak karena tak mau disalahkan begitu saja sama Lidya.
"Apolah ibu-ibu ko. Masak se sambil bacakak(1)," ujar Yandri yang segera masuk saat didengarnya teriak-teriak di dalam rumah. Di belakang menyusul Alya dan Zulfikar.
"Kenapa? Kompor mati mendadak? Ah, udah biasa itu!" Alya berkata dengan santainya. Lidya dan Yunita sempat berpandangan mata sejenak.
"Kok bisa gitu, Al? Kompornya udah soak kali tuh." Yunita berkomentar.
"Enak aja kalo ngomong. Lihat aja, bentar lagi kamu juga bakal kena dikerjain!" ujar Alya cuek, kemudian keluar rumah menuju kebun belakang guna mengambil beberapa buah kelapa muda langsung dari pohonnya.
***
Pukul empat sore...
"Assalamualaikum...."
"Wa'alaikum salam...," jawab Nurul seraya membuka gagang pintu depan rumah Alya dan segera masuk ke dalam. Tapi aneh, sesampainya di dalam, semua mata yang ada di sana menatapnya heran.