[caption caption="Sepucuk Surat dari Papa (Kreasi Pribadi)"][/caption]
3. Sepucuk Surat dari Kupang
Hari telah menunjukkan pukul dua siang. Matahari perlahan mulai condong ke arah Barat. Tapi meskipun begitu, pada puncak musim panas seperti saat ini, cuaca masih saja terasa panas dan menyengat. Sehingga tak banyak orang yang berlalu-lalang di luar rumah.
Rumah kediaman Oma Bernie pun terlihat sepi dari luar. Pintu pagarnya tertutup rapat, seolah tak berpenghuni. Padahal di dalam rumah, Oma Bernie tengah asyik menghabiskan waktu dengan membaca buku resep yang baru saja dibelinya dari Mang Karta–tukang loper koran keliling. Ya, begitulah keseharian nenek berusia tujuh puluh tahun itu bila sedang ditinggal kedua cucunya beraktivitas di luar rumah.
Cucu Oma Bernie yang sulung–Girianto–sehari-hari bekerja di sebuah toko cat yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah Sang Oma. Saban Senin hingga Sabtu, Girianto yang lulusan SMA itu harus berjibaku melayani kebutuhan para pelanggannya akan cat. Tak jarang pesanan-pesanan pelanggan itu harus diantarkannya hingga ke daerah Bekasi dan sekitarnya. Beruntung, Giri–begitu ia biasa dipanggil–memiliki majikan yang baik. Sehingga setiap Selasa dan Sabtu, ia bisa pulang lebih awal untuk menjemput adik semata wayangnya dari tempat kursus tari. Karena tak ada orang lain yang bisa diandalkan selain dirinya.
Cucu perempuan Oma Bernie, alias si bontot, alias si bungsu, bernama Winda. Saat ini gadis berusia empat belas tahun itu masih duduk di kelas II di sebuah SMP swasta di bilangan Jakarta Timur. Setiap pagi, Girianto lah yang berkewajiban mengantarkan adiknya itu ke sekolah, sebelum ia memulai aktivitasnya di toko cat kepunyaan Kong Ali itu.
Cucu Oma Bernie memang hanya dua orang, karena beliau hanya dikaruniai seorang anak laki-laki yang saat ini tengah bertugas di Kupang sebagai anggota kesatuan Polisi Brigade Mobil (Brimob), meneruskan cita-cita Sang Ayah. Dan karena Girianto dan Winda tidak mau diajak pindah ke Kupang, akhirnya mereka berdua memilih tinggal bersama Oma Bernie.
Saat tengah asyik membaca, tiba-tiba dari arah luar rumah Oma Bernie terdengar sebuah panggilan.
“Pos, pos.... Oma Bernie... ada kiriman surat, nih, dari Kupang!”
Itu suara Pak Tobi. Tukang pos yang biasa mengantarkan surat di lingkungan tempat tinggal Oma Bernie, Asrama Brimob bawah. Oma Bernie bisa tinggal di sana karena dahulu suaminya bertugas sebagai Polisi Brimob hingga pensiun dan wafat lima tahun silam. Bahkan sebelum suaminya meninggal, sang anak pun telah mengikuti jejak ayahnya menjadi anggota Polisi Brimob, sehingga Oma Bernie pun masih diizinkan untuk menetap di sana.