Pengangguran merujuk pada kondisi di mana individu yang mampu dan ingin bekerja tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai. Digitalisasi memengaruhi pasar tenaga kerja dalam berbagai cara, yang dapat berdampak baik pada tingkat pengangguran.
1. Penciptaan Lapangan Pekerjaan Baru
- Teori Ekonomi: Dalam kerangka teori teori penciptaan lapangan kerja dan disrupsi teknologi, digitalisasi dapat menciptakan jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tidak ada. Pekerjaan di sektor teknologi informasi, e-commerce, dan layanan digital menjadi lebih banyak. Selain itu, kebutuhan akan keterampilan baru dalam mengoperasikan teknologi digital juga menciptakan peluang pekerjaan baru.
- Pendapat Ahli: Erik Brynjolfsson dan Andrew McAfee (2014) dalam bukunya The Second Machine Age berpendapat bahwa meskipun digitalisasi menggantikan beberapa pekerjaan, ia juga membuka peluang besar dalam sektor teknologi dan layanan digital, yang menciptakan pekerjaan baru yang lebih berkualitas.
2. Penggantian Pekerjaan oleh Otomasi
- Teori Ekonomi: Teori disrupsi teknologi menunjukkan bahwa digitalisasi dan otomasi dapat menyebabkan pengurangan pekerjaan di sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur dan pekerjaan yang melibatkan tugas-tugas rutin. Robotik, kecerdasan buatan (AI), dan perangkat digital lainnya menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, yang dapat meningkatkan tingkat pengangguran di beberapa sektor.
- Pendapat Ahli: Menurut Martin Ford dalam bukunya Rise of the Robots (2015), teknologi digital berpotensi menggantikan banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia, terutama pekerjaan yang bersifat repetitif dan membutuhkan sedikit keterampilan, sehingga berisiko meningkatkan pengangguran.
3. Peningkatan Fleksibilitas Kerja
- Teori Ekonomi: Digitalisasi dapat mengubah cara kita bekerja, meningkatkan fleksibilitas kerja. Platform digital seperti freelancing dan gig economy menawarkan peluang bagi pekerja untuk bekerja secara fleksibel. Meskipun mungkin tidak selalu stabil, sektor ini dapat mengurangi pengangguran dengan menyediakan alternatif pekerjaan.
- Pendapat Ahli: Diane Coyle, ekonom dan penulis buku The Economics of Enough (2011), menyatakan bahwa ekonomi digital memungkinkan individu untuk bekerja lebih fleksibel dan meningkatkan partisipasi dalam tenaga kerja, meskipun sering kali tidak stabil atau rendah bayaran.
Kesimpulan
Digitalisasi telah membawa perubahan besar dalam perekonomian global, dan dampaknya terhadap inflasi serta pengangguran sangat kompleks. Di satu sisi, digitalisasi meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi, yang dapat menurunkan inflasi. Di sisi lain, digitalisasi juga berpotensi menciptakan pengangguran struktural karena otomasi menggantikan pekerjaan-pekerjaan tertentu, meskipun pada saat yang sama menciptakan jenis pekerjaan baru yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini dengan meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan merumuskan kebijakan yang mendukung transisi ke ekonomi digital yang lebih inklusif.
Referensi:
- Brynjolfsson, E., & McAfee, A. (2014). The Second Machine Age: Work, Progress, and Prosperity in a Time of Brilliant Technologies. W. W. Norton & Company.
- Ford, M. (2015). Rise of the Robots: Technology and the Threat of a Jobless Future. Basic Books.
- Coyle, D. (2011). The Economics of Enough: How to Run the Economy as if the Future Matters. Princeton University Press.
- Lane, P. (2015). "The Impact of Digital Technologies on Inflation and Economic Stability," European Economic Review, 80, 1-10.
- Bernanke, B. (2013). "The Digital Economy and Monetary Policy," Federal Reserve Economic Forum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H