Ali Mutaufiq., S.E., M.M., CAIA.,CODS
Pendahuluan
Ma'rifat, yang dalam bahasa Arab berarti pengetahuan atau pengenalan, memiliki kedalaman makna dalam konteks spiritualitas. Bagi umat Islam, terutama dalam tradisi tasawuf dan tarekat, ma'rifat bukan hanya sekedar ilmu yang didapatkan melalui akal, tetapi juga berupa pengalaman batin yang mendalam mengenai hakikat Tuhan dan hubungan manusia dengan-Nya. Dalam konteks ini, ma'rifat berfungsi sebagai kunci pencerahan jiwa, membuka jalan bagi umat untuk memahami hakikat kehidupan dan tujuan penciptaan. Salah satu tradisi yang mencerminkan pencarian pencerahan ini adalah Azdariah, sebuah tradisi tasawuf yang mengedepankan pencapaian ma'rifat melalui proses latihan spiritual dan pemurnian jiwa.
Ma'rifat dalam Perspektif Islam
Ma'rifat dalam Islam tidak hanya terbatas pada pengetahuan teoritis atau intelektual, tetapi lebih kepada pengetahuan yang mendalam dan langsung mengenai Tuhan, yang diperoleh melalui pengalaman spiritual yang intens. Dalam tradisi Islam, terutama di kalangan para sufi, ma'rifat dianggap sebagai puncak dari pencarian spiritual yang membebaskan jiwa dari keterikatan duniawi dan mengarahkan pada pengenalan yang lebih mendalam terhadap Allah.
Azdariah: Tradisi Tasawuf yang Mengutamakan Ma'rifat
Tradisi Azdariah merupakan salah satu aliran dalam tasawuf yang menekankan pentingnya ma'rifat sebagai jalan untuk mencapai pencerahan jiwa. Dalam tarekat ini, para pengikutnya berusaha mencapai kedekatan dengan Allah melalui dzikir, kontemplasi, serta pengendalian hawa nafsu. Salah satu tujuan utama dalam Azdariah adalah untuk mencapai tingkat ma'rifat yang tinggi, di mana seorang hamba benar-benar mengenal Tuhannya, memahami hakikat penciptaan, dan merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Bagi para pengikut Azdariah, ma'rifat adalah puncak dari proses spiritual yang memerlukan latihan keras, kesabaran, dan kebijaksanaan. Mereka meyakini bahwa melalui dzikir yang khusyuk dan pemurnian hati, seorang murid akan dibimbing menuju pemahaman yang lebih dalam tentang Allah dan realitas yang sesungguhnya.
Pendapat Para Ulama tentang Ma'rifat
Beberapa ulama besar dalam tradisi Islam memberikan penekanan yang kuat mengenai pentingnya ma'rifat sebagai bagian dari perjalanan spiritual. Berikut adalah beberapa pandangan para ulama yang berkaitan dengan konsep ma'rifat:
- Imam al-Ghazali (1058-1111 M), dalam karyanya Ihya' Ulumuddin, menjelaskan bahwa ma'rifat adalah pengetahuan yang melampaui pemahaman akal dan menjangkau kedalaman hati. Menurut Imam al-Ghazali, untuk mencapai ma'rifat, seseorang harus membersihkan hatinya dari kekotoran dan mengikuti petunjuk-petunjuk spiritual yang diberikan oleh guru-guru tasawuf.
- Ibnu Arabi (1165-1240 M), seorang sufi besar, mengajarkan bahwa ma'rifat merupakan pengalaman langsung tentang realitas Tuhan yang tidak dapat dicapai hanya dengan pengetahuan teoritis. Ibnu Arabi menyebutkan bahwa ma'rifat adalah pengenalan akan Tuhan yang mencakup segala aspek kehidupan, dan mencapai ma'rifat berarti memahami sifat-sifat Allah yang tidak tampak oleh panca indera.
- Syekh Abdul Qadir al-Jilani, pendiri tarekat Qadiriyah, mengajarkan bahwa ma'rifat adalah buah dari ilmu yang didasarkan pada pemurnian jiwa dan ketaatan penuh kepada Allah. Menurutnya, hanya mereka yang telah melewati proses spiritual yang mendalam dan menghayati hikmah-Nya yang akan mencapai puncak ma'rifat.