Mohon tunggu...
Ali Mutaufiq
Ali Mutaufiq Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Menulis Artikel kehidupan dan Umum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Azdariah:Membangun Ma'arifat Untuk Menemukan Tujuan Hidup

14 Desember 2024   07:23 Diperbarui: 14 Desember 2024   07:23 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ali Mutaufiq., S.E., M.M., CAIA., CODS

Setiap individu di dunia ini pasti memiliki pencarian spiritual yang mendalam, yaitu mencari tujuan hidup yang sesungguhnya. Bagi umat Islam, tujuan hidup ini tidak hanya terkait dengan pencapaian duniawi, tetapi juga dengan pencapaian akhirat yang abadi. Salah satu cara untuk mencapai pemahaman tentang tujuan hidup adalah dengan memperdalam konsep ma'arifat. Dalam perspektif Azdariah, yang merupakan sebuah pendekatan spiritual dalam Islam, ma'arifat berfungsi sebagai kunci untuk membangun kesadaran akan hakikat diri dan kehidupan.

Azdariah tidak hanya mengajarkan cara untuk memahami kehidupan duniawi, tetapi juga mengarahkan individu untuk menyadari tujuan hidup yang lebih tinggi dan abadi---yakni tujuan hidup yang hanya dapat dicapai dengan kedekatan kepada Allah SWT. Artikel ini akan mengupas konsep Azdariah dan bagaimana pendekatan ini mengarahkan seseorang untuk membangun ma'arifat yang akhirnya akan membantu menemukan tujuan hidup yang lebih bermakna, lengkap dengan pendapat para ulama, ayat-ayat Al-Qur'an, dan hadis-hadis yang relevan.

Apa Itu Azdariah?

Azdariah adalah sebuah pendekatan spiritual dalam Islam yang berfokus pada penyucian jiwa (tazkiyah) dan pencarian pengetahuan batin (ma'arifat). Dalam tradisi Azdariah, konsep ma'arifat tidak terbatas pada pengetahuan duniawi yang bersifat intelektual, tetapi lebih kepada pengetahuan hakiki tentang Tuhan, diri, dan hubungan antara keduanya. Pendekatan ini mengajarkan bagaimana seseorang dapat mencapai kesadaran spiritual yang mendalam melalui praktik ibadah yang tulus, zikir, tafakkur (kontemplasi), serta introspeksi.

Azdariah merupakan metode yang berakar dari ajaran tasawuf, di mana tujuan akhirnya adalah mencapai kedekatan dengan Allah dan menemukan makna hidup yang sejati. Dalam perspektif ini, kehidupan dunia hanya merupakan tempat untuk mempersiapkan kehidupan akhirat yang abadi.

Ma'arifat dalam Perspektif Azdariah

Ma'arifat secara bahasa berasal dari kata 'arafa yang berarti mengenal atau mengetahui. Dalam konteks spiritual, ma'arifat berarti pengetahuan yang mendalam tentang hakikat Allah dan segala ciptaan-Nya, termasuk pemahaman tentang diri kita sebagai hamba-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali, ma'arifat adalah ilmu yang tidak hanya diperoleh melalui akal, tetapi juga melalui pengalaman batin yang langsung menyentuh hati dan jiwa.

Imam Al-Ghazali dalam karya terkenalnya Ihya' Ulum al-Din menyatakan bahwa ma'arifat merupakan tingkatan ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu fiqh atau tafsir karena ma'arifat berkaitan dengan pemahaman terhadap hakikat yang tidak bisa dijangkau hanya dengan akal semata, tetapi harus dengan pencerahan hati.

"Ilmu yang paling tinggi adalah ilmu yang mengenal Tuhan melalui pengalaman batin yang menyentuh jiwa, yang tidak mungkin dicapai hanya dengan akal."(Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din)

Tujuan Hidup Menurut Azdariah

Tujuan hidup dalam pandangan Azdariah bukanlah semata-mata untuk meraih kenikmatan duniawi, tetapi untuk menemukan kedamaian batin dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan mengenal Tuhan (ma'arifat), seseorang akan menyadari bahwa segala pencapaian duniawi hanyalah sarana untuk memperoleh ridha-Nya. Azdariah mengajarkan bahwa tujuan hidup yang sesungguhnya adalah menyucikan hati dan jiwa serta menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan hakikat diri dan Tuhan.

Dalam perspektif Azdariah, seseorang harus berusaha untuk mencapai pemahaman ini melalui langkah-langkah berikut:

  1. Penyucian Diri (Tazkiyah)

Untuk mencapai ma'arifat, seseorang harus membersihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti iri, dengki, dan keserakahan. Proses ini dikenal sebagai tazkiyah, yaitu penyucian jiwa agar tidak terhalang dari cahaya spiritual.

  1. Zikir dan Kontemplasi

Mengingat Allah (zikir) dan melakukan kontemplasi (tafakkur) adalah dua cara yang paling efektif untuk memperoleh ma'arifat. Zikir membantu menjaga hati tetap terhubung dengan Allah, sementara tafakkur membuka hati untuk merenungkan kebesaran Tuhan yang tercermin dalam ciptaan-Nya.

  1. Ibadah yang Ikhlas

Melakukan ibadah dengan penuh ketulusan hati adalah cara lain untuk mencapai ma'arifat. Ibadah yang dilakukan dengan kesadaran penuh dan penghayatan mendalam akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah.

Ma'arifat dalam Al-Qur'an dan Hadis

Al-Qur'an mengajarkan pentingnya mengenal Allah sebagai tujuan utama hidup manusia. Dalam Surah Al-A'raf ayat 172, Allah berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan dari tubuh anak-anak Adam, dan Dia mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (dengan firman-Nya): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab: 'Betul, Engkau adalah Tuhan kami.'"(QS. Al-A'raf: 172)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap jiwa telah mengakui Tuhan sebagai Tuhan mereka sebelum lahir ke dunia. Namun, pengakuan ini seringkali tertutup oleh kesibukan dan godaan dunia. Ma'arifat adalah proses untuk mengingat kembali dan menyadari kembali ikatan ini.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:

"Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya."(HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa untuk mengenal Tuhan, seseorang harus terlebih dahulu mengenal dirinya sendiri. Dengan memahami hakikat diri, seseorang akan menyadari tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memenuhi tugas sebagai hamba-Nya di dunia.

Membangun Ma'arifat untuk Menemukan Tujuan Hidup

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk membangun ma'arifat dalam kehidupan sehari-hari guna menemukan tujuan hidup yang lebih bermakna:

  1. Berserah Diri dan Menyerahkan Segala Urusan kepada Allah

Menyadari bahwa setiap aspek kehidupan berada dalam kendali Allah adalah langkah pertama untuk membangun ma'arifat. Keikhlasan dalam menerima takdir dan usaha yang dilakukan dengan niat yang benar akan membantu seseorang mendekatkan diri kepada Tuhan.

  1. Beribadah dengan Penuh Kesadaran

Menjalani ibadah dengan penuh kesadaran dan penghayatan terhadap makna setiap gerakan dan doa adalah salah satu jalan untuk mencapai ma'arifat. Dengan demikian, ibadah tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi juga sarana untuk memperdalam pengenalan terhadap Allah.

  1. Merenungkan Ciptaan Allah

Melakukan tafakkur tentang ciptaan Allah, baik itu alam semesta, diri kita, maupun kehidupan sehari-hari, akan membuka pintu ma'arifat. Ini adalah cara untuk melihat kebesaran Tuhan dalam segala sesuatu yang ada di sekitar kita.

  1. Meningkatkan Akhlak dan Perilaku Baik

Ma'arifat juga melibatkan perubahan dalam akhlak dan perilaku sehari-hari. Seorang yang memiliki ma'arifat akan berusaha untuk selalu berlaku baik kepada sesama dan menjaga hubungan yang baik dengan Allah. Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali juga mengajarkan bahwa ma'arifat sejati akan tercermin dalam perilaku yang penuh kasih sayang, jujur, dan amanah.

Kesimpulan

Azdariah dan ma'arifat adalah dua konsep yang saling mendukung dalam pencarian tujuan hidup yang sejati. Melalui Azdariah, seseorang dapat memperdalam pemahaman tentang hakikat diri, Tuhan, dan kehidupan. Proses ini mengarah pada kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan pemahaman yang lebih dalam mengenai tujuan hidup yang lebih bermakna. Dengan memperdalam ma'arifat, seseorang tidak hanya memahami teori tentang kehidupan, tetapi juga mengalami pemahaman tersebut dalam hati dan tindakan sehari-hari.

Sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan hadis, mengenal diri dan Tuhan adalah kunci untuk menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Ma'arifat adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Referensi:

  1. Al-Qur'an, QS. Al-A'raf: 172.
  2. Hadis Sahih Tirmidzi.
  3. Al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din.
  4. Al-Qushayri, Al-Risalah al-Qushayriyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun