Ali Mutafiq., S.E., M.M., CAIA., CODS
Hidup adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Setiap manusia diberi kesempatan untuk mengarungi kehidupan di dunia ini dengan tujuan tertentu, yaitu mencari ridha-Nya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, syariat Islam memberikan panduan hidup melalui prinsip-prinsip yang terkandung dalam maqashid syariah. Maqashid syariah merujuk pada tujuan-tujuan atau maksud-maksud dari syariat Islam yang lebih besar, yakni untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam konteks ini, maqashid syariah tidak hanya mengatur urusan ibadah, tetapi juga bagaimana umat Islam menjaga keseimbangan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Untuk lebih memahami bagaimana maqashid syariah dapat membawa kita pada hakekat hidup yang lebih bermakna, artikel ini akan menggali pemahaman tentang maqashid syariah, keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta mengutip pendapat para ulama, ayat-ayat Al-Qur'an, dan hadis-hadis yang relevan.
Pengertian Maqashid Syariah
Secara bahasa, maqashid berasal dari kata maqshad yang berarti tujuan atau maksud. Sedangkan syariah merujuk pada hukum Islam. Maka, maqashid syariah dapat diartikan sebagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh Allah SWT melalui syariat Islam.
Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dalam bidang fiqh dan tasawuf, menjelaskan bahwa tujuan utama syariat adalah untuk menjaga lima perkara pokok: agama (aqidah), jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl), dan harta (mal). Kelima aspek ini merupakan prinsip dasar yang harus dijaga dan dipelihara agar keseimbangan antara dunia dan akhirat tercapai.
Imam Al-Shatibi, dalam bukunya Al-Muwafaqat, mengembangkan konsep maqashid syariah lebih lanjut dengan menegaskan bahwa syariat Islam bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat. Semua aturan dalam syariat mengarah pada tujuan mulia ini, yaitu kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
Maqashid Syariah dan Keseimbangan Dunia-Akhirat
Islam sebagai agama yang sempurna, tidak hanya memfokuskan diri pada kehidupan duniawi, tetapi juga sangat memperhatikan kehidupan akhirat. Maqashid syariah mengajarkan kita untuk tidak hanya mengejar keuntungan dunia, tetapi juga menjaga amal-amal untuk kehidupan setelah mati.
- Menjaga Agama (Aqidah)
Salah satu tujuan utama dari maqashid syariah adalah untuk melindungi dan memperkokoh agama Islam. Dalam hal ini, manusia diingatkan untuk selalu berpegang teguh pada ajaran tauhid dan menjauhi segala bentuk syirik. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."(HR. Bukhari & Muslim)
Dalam konteks dunia dan akhirat, menjaga agama berarti menjaga hubungan yang baik dengan Allah. Ini adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
- Menjaga Jiwa (Nafsu)
Maqashid syariah juga bertujuan untuk menjaga kehidupan manusia. Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga tubuh dan kesehatan, serta menghindari segala bentuk kerusakan yang dapat merugikan jiwa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar."(QS. Al-Isra: 33)
Melalui prinsip ini, keseimbangan antara dunia dan akhirat tercapai karena manusia tidak hanya menjaga tubuhnya dari penyakit, tetapi juga dari dosa yang bisa merugikan kehidupan di akhirat.
- Menjaga Akal (Aql)
Akal merupakan salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam maqashid syariah, akal harus digunakan untuk berpikir secara rasional dan bijaksana dalam memilih jalan yang baik dan benar. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menggunakan akal dalam setiap aspek kehidupan. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya pada ciptaan langit dan bumi, bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."(QS. Al-Imran: 190)
Keseimbangan antara dunia dan akhirat akan tercapai apabila umat Islam menggunakan akalnya untuk mendalami ilmu pengetahuan, berbuat baik, serta menuntut ilmu yang dapat bermanfaat di dunia dan akhirat.
- Menjaga Harta (Mal)
Harta merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidup yang baik, namun Islam mengingatkan agar harta digunakan secara bijaksana dan tidak menjadi sumber keserakahan. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidaklah seseorang itu memperoleh harta yang halal melainkan dari usaha yang halal."(HR. Muslim)
Dalam hal ini, Islam mengajarkan pentingnya berusaha secara halal dan menghindari tindakan yang dapat merusak kehidupan di dunia dan akhirat, seperti riba, korupsi, dan penipuan.
- Menjaga Keturunan (Nasl)
Islam juga memperhatikan pentingnya menjaga keturunan yang baik, melalui pernikahan yang sah dan pengasuhan yang benar. Dalam hal ini, maqashid syariah berusaha untuk menjaga keluarga dan keturunan yang bisa menghasilkan generasi yang baik, beriman, dan berakhlak mulia. Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan: 74)
Keseimbangan Dunia dan Akhirat dalam Maqashid Syariah
Menjaga keseimbangan dunia dan akhirat berarti menjalani kehidupan dengan tidak berlebihan dalam mengejar kepentingan duniawi, namun juga tidak melupakan kehidupan ukhrawi. Keduanya harus dijalani dengan saling mendukung, bukan saling bertentangan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Beramallah untuk kehidupan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari."
(HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mengejar kepentingan dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati dengan amal saleh.
Kesimpulan
Maqashid syariah adalah prinsip dasar yang mengarahkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Islam mengajarkan kita untuk menjaga lima aspek pokok kehidupan: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan, sebagai landasan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan memahami dan mengamalkan maqashid syariah, umat Islam dapat menemukan hakekat hidup yang sesungguhnya, yaitu hidup yang penuh dengan kemaslahatan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
Referensi:
- Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin.
- Al-Shatibi, Al-Muwafaqat.
- Al-Qur'an, QS. Al-Isra: 33, QS. Al-Imran: 190, QS. Al-Furqan: 74.
- Hadis-hadis Bukhari dan Muslim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H