Ali Mutaufiq
Pendahuluan
Green economy atau ekonomi hijau merupakan pendekatan pembangunan yang menekankan pada keselarasan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Konsep ini telah menjadi salah satu fokus utama dalam upaya global untuk mengatasi krisis iklim, mengurangi kemiskinan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Menurut UNEP (2011), ekonomi hijau adalah ekonomi yang menghasilkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sambil secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis. Ekonomi hijau menjadi solusi untuk mendukung pemulihan ekonomi global pasca-pandemi serta menjawab tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.
Kerangka Teoritis
- Triple Bottom Line (TBL)
Elkington (1997) mengembangkan konsep TBL yang mencakup tiga pilar utama: ekonomi, lingkungan, dan sosial. TBL menjadi landasan untuk menilai keberlanjutan suatu kegiatan ekonomi dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang pada ekosistem dan masyarakat.
- Circular Economy (Ekonomi Sirkular)
Konsep ekonomi sirkular bertujuan untuk mengurangi limbah dengan memaksimalkan penggunaan kembali, daur ulang, dan pemanfaatan material dalam siklus produksi (Ellen MacArthur Foundation, 2013). Ekonomi hijau dapat berfungsi lebih baik dengan pendekatan ini, karena mengurangi eksploitasi sumber daya alam dan mengoptimalkan efisiensi produksi.
- Teori Keberlanjutan
Teori ini berfokus pada bagaimana sumber daya digunakan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Brundtland Report, 1987).
Tantangan dalam Mewujudkan Ekonomi Hijau
- Kesenjangan Ekonomi dan Sosial
Banyak negara berkembang menghadapi tantangan dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan karena keterbatasan sumber daya dan infrastruktur. Hal ini berpotensi memperbesar kesenjangan antara negara maju dan berkembang.
- Perubahan Perilaku Konsumen