Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tempe Diklaim Malaysia?

28 Juli 2012   12:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:31 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hati-hati Tempe diklaim Malaysia.

Setidaknya begitulah peringatan dari seorang pakar tempe Jonathan Agranoff asal Inggris yang dimuat detik.com hari ini.

Kekhawatiran itu sangat beralasan sebab saat ini tempe semakin jarang muncul di tengah-tengah kita. Kalaupun masih ada tempe yang beredar, pasti harganya sudah lebih mahal dan wujudnya semakin mungil. Kita tahu penyebabnya karena negeri agraris asal kelahiran sang tempe sedang kekurangan stok kedelai saat ini. Sementara tempe justru mudah ditemui di negeri jiran. Alasan lainnya ya karena negeri jiran itu selama ini sering iseng bilang kalau ini-itu yang sebetulnya asli Indonesia, diklaim sebagai miliknya.

Kita percaya kalau soal klaim-klaiman itu hanya iseng. Tapi siapa tahu kalau itu masuk jenis "iseng-iseng berhadiah", nanti bisa jadi sungguhan seperti soal pulau yang dulu itu. Seandainya ada "keisengan" itu, sebagai saudara tua mestinya Indonesia menerima keisengan saudara mudanya itu sebagai teguran agar semakin serius mengurus tanah air demi kesejahteraan bangsa sendiri dan bukan malah bikin mereka menderita. Termasuk urusan tempe, kenapa sih sampe yang beginian kelihatannya kok gak ke-urus?

Tapi sayang! Presiden malah pernah bilang kalau sekarang para pengusaha tempe itu mau impor sendiri kedelai. Wah! jadi tambah panjang ya urusan mereka. Sudahlah kesulitan memproduksi tempe, harus mikir impor kedelai pula. Presiden juga menyalahkan krisis hujan di Amerika sehingga impor kedelai dari sana berkurang. Sedangkan menteri pertanian seolah baru tahu kalau lahan kedelai kurang memadai sehingga berakibat pada produksi kedelai yang minim. Sang menteri juga bilang kalau sebetulnya lahan kedelai masih butuh 500.000 hektar lagi agar dapat mengurangi ketergantungan pada kedelai impor. Haduh!....selama ini kemana ya perhatian mereka soal ini? Mending ada tindakan borong tempe di Demak yang dilakukan menteri perdagngan Gita Wirjawan. Tapi toh ini tidak menjamin apa-apa kecuali hanya bikin senang sesaat bagi si ibu penjual tempe.

Para produsen tempe tampaknya memang sulit berharap pada pemerintah untuk urusan tempe ini. Persis selama ini yang hasil produksinya kurang begitu dihargai dibanding KFC. Padahal di negeri asal KFC, tempe justru jadi menu mewah. Juga di Australia dan Jepang. Bahkan Amerika dan Jepang sudah punya hak paten bagi tempe ala mereka.

Masuk akal kalau kemudian ada peringatan bahwa besok-besok akan ada lagi negeri lain yang mematenkan hak cipta tempe. Meskipun mungkin ada embel-embel "tempe ala mereka" dan bukan "tempe ala Indonesia". Tapi siapa yang bisa jamin tempe Indonesia akan tetap lebih lezat dibanding tempe-tempe tiruan dari negara-negara lain. Langkah inovasi, termasuk inovasi tempe yang dilakukan berbagai negara tentu dengan sentuhan agar bisa melebihi kelezatan tempe aslinya. Jadi kenapa sampai sekarang sang tempe belum juga punya hak paten, kenapa stok kedelai sampai anjlok, kenapa seluruh tanah pertanian kita tak pernah diurus secara super serius oleh pengelola negeri ini?

Haduh!..betapa miris negeri agraris ini karena justru harus menghadapi krisis produk pertanian. Jagung, gandum, kedelai, dan gula semua impor. Bahkan gandum malah 100% impor. Padahal tepung sebagai produk turunannya telah menjadi bahan konsumsi sebagian besar rakyat. Misalnya roti dan mie instan.

"Indonesia saat ini sudah masuk krisis pangan" kata Koordinator Nasional Untuk Desa Sejahtera Tejo Wahyu Jatmiko di Gedung DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (27/7/2012). Anehnya orang-orang yang harusnya bisa mengatasi soal ini malah tampak rakus dan kekenyangan. Buat mereka tak pernah ada krisis pangan karena yang pantas kelaparan adalah rakyat. Buat mereka tak soal tempe hilang di pasaran toh mereka sehari-hari lebih akrab dengan KFC, Mcdonald, Pitza, dan.........( sori saya gak banyak tahu nama-nama makanan merk asing itu ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun