Pentas Seni warga kembali digelar di lingkungan pemukiman kami setelah vakum beberapa tahun lamanya. Hal ini tak lepas dari peran pimpinan baru lingkungan yang masih berusia muda, kreatif, dan inovatif. Ia juga seorang komunikator yang baik sehingga mampu mendorong para pemuda untuk aktif menata lingkungan bersamanya.
Untuk itu, pentas seni tidak sekedar menggelar hiburan tetapi juga sekaligus melaksanakan pelantikan pengurus Karang Taruna baru. Selanjutnya baru digelar berbagai aneka pementasan dan lomba. Di antaranya adalah pentas seni suara oleh para kaum ibu, baca puisi, lomba peragaan busana dan tahfidz surat-surat pendek dari Al-Qur'an.
"Jagoan" kami yang paling kecil, Alvin Hilmi Ahmada (10), tak mau ketinggalan ambil bagian dalam perlombaan itu. Alhamdulillah dia menang meskipun belum menjadi juara 1.
Bagi kami, keberanian dia naik pentas sudah cukup membanggakan. Apalagi ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Kami menganggap ini berarti dia memiliki rasa percaya diri yang cukup. Satu hal lagi yang lebih membuat kami bangga, karena setelah turun dari panggung dia bilang ke ibunya begini, "Alvin tadi kakinya gemetar pas di panggung. Alvin kencengin aja suara Alvin pas salam dan ngaji". Mendengar cerita isteri seperti ini, saya lalu bilang, "O....pantesan tadi suaranya lantang banget".Â
Pengakuan Alvin itu lebih membanggakan kami. Karena itu artinya dia mampu mengatasi rasa takut, malu, dan tidak percaya dirinya dengan caranya sendiri, dengan inisiatifnya sendiri.
Pengalaman yang sangat berarti bagi kami dan khususnya bagi Alvin. Betapa repotnya jika yang terjadi justru sebaliknya. Alvin tiba-tiba tak mau naik panggung dan membatalkan niatnya untuk mengikuti lomba akibat rasa takut, malu dan tak percaya diri. Bukan karena ia kehilangan peluang untuk menang. Tetapi yang lebih disayangkan, ia gagal menguasai diri dan kalah melawan dirinya sendiri.Â
Sekali lagi, ini harus kami syukuri karena kerepotan itu tidak terjadi. Namun andaikan ini terjadi juga, tentu ada hikmah yang tetap harus disyukuri. Firman Allah berikut ini dapat mendorong ke arah itu. Yakni agar orang selalu berpikir dan bersikap positif atas setiap hal yang dialaminya. Termasuk atas hal yang tampak buruk sekalipun.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.." (Qs.Al-Baqarah:216)
Baiklah. Soal usaha menguak hikmah itu hal lain yang tidak menjadi fokus tulisan ini. Terakhir yang ingin ditegaskan melalui tulisan ini adalah, bahwa sebagai orang tua dan sebagai guru, kami benar-benar mendapat pelajaran berharga dari Pentas Seni warga yang digelar pada malam Minggu lalu itu. Yakni jangan terlalu under estimate terhadap kemampuan anak-anak.Â
Biarkan mereka menemukan caranya sendiri dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di kehidupan sehari-hari, dan bila ternyata mereka melakukan hal yang kurang tepat, barulah kita bisa meluruskannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H