Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mana Mungkin Muslim Menodai Islam

3 September 2012   14:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:57 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai bagian dari umat Islam, saya merasa ikut malu dan tidak enak hati ketika melihat kenyataan beberapa saudara seiman yang bisa-bisanya melakukan kekerasan. Kita semua tahu ada dua peristiwa kekerasan yang melibatkan oknum umat Islam. Pertama kasus terorisme di Solo dan kekerasan yang konon berawal dari masalah keluarga tapi melebar ke soal sekte agama di Sampang.

Dua kasus itu tiba-tiba saja menghentak di tengah-tengah kehidupan kita sebagai bangsa. Suatu bangsa yang pada Agustus lalu baru saja merayakan eksistensinya sebagai bangsa merdeka yang ke 67 tahun. Suatu bangsa yang Agustus lalu kaum Muslimin-nya, termasuk pelaku dua kekerasan itu, baru saja ber-idul fitri untuk merayakan kemenangannya menaklukkan nafsu sebulan penuh di bulan Ramadhan. Inilah dua ironi maha besar dari bangsa ini yang pelakunya adalah Muslim. Dan sebagaimana biasa di berbagai media lantas diramaikan diskusi oleh para pengamat dan pakar untuk membahas soal upaya-upaya penanganan terorisme dan radikalisme, sama seperti yang sudah-sudah. Saya menduga ILC TV One besok juga akan membahas persoalan ini. Seperti biasa, kita pastikan orang-orang pintar di ILC akan berbicara secara total action, full smart action, dan kadang-kadang agak lebay dan super narsis.

Lantas setelah itu bereskah kasus-kasus yang diperdebatkan itu? ternyata tidak.  Sebab cara yang dilakukan untuk menghadapi para pelaku kekerasan itu dengan kekerasan pula. Pelaku kekerasan cenderung disudutkan karena kesalahannya. Mereka cenderung tidak didengar mengapa mereka sampai melakukan kekerasan. Mereka kurang diajak berdialog dan saling berargumentasi. Misalnya, kalau selama ini terorisme itu mereka lakukan dengan semangat ingin mengubah dasar negara ini dengan hukum Islam dan berargumentasi bahwa Allah-lah yang berhak menetapkan hukum seperti yang termaktub dalam Qur'an :

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik."  (Al-An'am, 57)

Maka semestinya argumentasi mereka itu dapat dilawan melalui dialog dengan menunjukkan bunyi ayat sebagai berikut :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu..." (Al-Ma'idah, 95)

Dalam Al-Ma'idah jelas menunjukkan bahwa manusia diberi hak untuk merancang hukum yang mengatur berapa besarnya denda yang seimbang seperti yang disebut dalam Qur'an itu. Demikian juga untuk persoalan sosial lainnya. Sepenuhnya adalah tanggup jawab manusia yang telah dinyatakan Allah sebagai Khalifah-Nya di muka bumi.

Juga penting dikemukakan seperti apa yang tercantum dalam ayat berikut :

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,..." (Al-Baqarah, 282)

Dalam Al-Baqarah itu dapat dipahami bahwa cukuplah Allah mengajarkan pokok-pokok aturan hidup, selebihnya manusia dipersilahkan untuk menuliskan detilnya sesuai perkembangan jaman.

Ah. Saya tidak ingin larut ke soal argumentasi itu. Itu saya tulis di sini hanya sebagai contoh yang saya kutip dari usulan orang-orang pintar dan bijak yang prihatin kenapa Islam terus saja tercemari keluhuran nilainya justru oleh umat Islam sendiri. Ini pasti ada yang tidak beres. Sebab mana ada sih orang yang mau merusak dirinya sendiri. Mana mungkin saudara-saudara seiman itu tega-teganya bersikap radikal bahkan anarki yang berakibat menodai nama baik agama sendiri seperti yang pernah disindir Syeh Muhamad Abduh, "Al-Islamu mahjubun bil-muslimin" (Keluhuran nilai Islam tertutupi sendiri oleh perilaku umat Islam".  Abduh juga pernah bilang bahwa ia tidak melihat Islam di tengah komunitas Muslim di Mesir. Tetapi ia justru melihat Islam di Perancis yang nota bene  negeri berpenduduk non Muslim. Ini tidak wajar, tidak normal dan anomali. Terorisme Solo dan Radikalisme Sampang adalah anomali. Maka singkaplah apa sesungguhnya yang terjadi melalui pintu pintu kebudayaan yang salah satunya berupa pintu dialog. Kabarnya Malaysia dan Singapura sukses mengatasi terorisme melalui pendekatan ini, kata seorang narasumber dalam dialog di Metro TV menjelang Maghrib tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun