Pada suatu saat nanti,
Di hari kedatanganku,
Jangan sesekali Kau menyesali saat pergiku dulu,
Aku tak mau mendung pekat menjelma di wajahmu.
Bukankah Aku sudah berjanji,
Suatu saat Aku akan kembali,
dan kini berkat doa-doamu yang teriring
Pintu-pintu terbuka di langit,.
Aku hanya ingin berterima kasih,
atas keadaan ini.
Keadaan dimana engkau masih sudi,
Menerimaku kembali yang penuh anomali.
Tahukah Kamu apa hal paling kukehendaki saat ini,
adalah dirimu dalam keadaan paling masyhur,
Diselimuti awan-awan putih nan mewangi
seperti di hari permulaanmu di bumi.
Aku ingin mengantarkanmu menuju titian paling akhir,
Saat senja hendak tenggelam,
Menuju malam yang purna,
Hanya suaraku terdengar ditelingamu; pelan berbisik,
Mengingatkan rindu terlanjur berpeluh janji.
Ingatlah jika suatu ketika,
Pemilik langit memanggil namaku terlebih awal,
Sesungguhnya Aku tidak benar-benar purba;
Bacalah bait-bait puisi yang telah kutulis,
Di sana akan Kau temukan bagaimana Aku menyiasati,
Kehadiran dan aroma wangi tubuhmu, Kekasih.
Balikpapan, 18 Maret 2024
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H