Seperti Kekasih
Sebuah Sajak Untuk Pemilu
Seperti Kekasih ...
Selembar kertas ini ibarat selembar kisah dari awal segala rasa yang kutitipkan sebagai harapan untuk hidup yang lebih indah.
Seperti Kekasih ... Telah Kutetapkan pilihan hatiku, padamu kutitipkan harapan agar hidup ini lebih indah. Padamu kuteguhkan hati dari kecamuk rasa paling dalam, betapa dirimu adalah yang terbaik dalam pandangan mata dan hatiku. Aku berikhtiar dan Tuhan jualah penentu. Jika ditakdirkan Kau akan menjadi penerang jalanku, Kau akan mengantarkanku kepada pelabuhan harapan, tidak perlu sempurna, tapi lebih baik dari keadaan kita hari-hari ini.
Seperti Kekasih ...
Hak konstitusional yang secara inheren melekat pada jiwaku telah kutunaikan, atas dasar cinta tertanam dalam lubuk hati paling Palung. Setelahnya kewajiban asazi sebagai makhluk berbudaya menerima segala muara konsekuensi dari berbagai pilihan. Menang atau kalah adalah dua keniscayaan yang sudah menjadi sunnatullah. Kita bisa menginginkan sesuatu tapi hukum Tuhan yang pasti berlaku.
Demikianlah kekasih,,, cinta tak pernah mengenal kata padam meski Kau tak tertakdirkan.
Seperti Kekasih ...
Kau bahkan tak kukenali sebelumnya. Sebelum Aku berusaha menggali tentang siapa sesungguhnya jati dirimu. Bermula saat Aku melihatmu dari kejauhan didalam keramaian, kau berbeda dari lainnya. Sungguh penampakan raga dan kedalaman rasa serta kemilau jiwa terpancar dari aura kedigdayaanmu. Bagaimana mungkin Aku tidak tertawan?
Seperti Kekasih ...
Kau selalu berada pada barisan terdepan dalam pandangan mata zahirku. Bukan karena ragamu yang tangguh dan utuh, tapi jiwamu telah kuselami demikian jauh, sehingga mata batinku tak mungkin berlalu untuk mengindahkanmu. Bukan tentang kesempurnaan tetapi dorongan hati dan kemampuan menjaga konsistensi untuk mewakafkan diri untuk Aku, negeri dan demokrasi.
Seperti kekasih ...
Kau adalah sekuntum mekar kembang baru di taman. Kau bertumbuh dalam lingkungan jauh dari hiruk pikuk. Dunia Kau tatap penuh semangat dan kegigihan. Sinar mentari tak membuatmu layu, sebab kelihaianmu menyimpan bulir-bulir hujan dan tetes-tetes embun. Kau menjelma rindu di tengah kesepianku yang senantiasa merambat, entah sengaja atau tidak, Tuhan mempertemukan kita secara rahasia, hingga kini kitapun menjaga rasa secara rahasia.
Seperti kekasih ...
Kau tangguh dalam menghadapi segala situasi, kemampuanmu teruji dalam segala medan, dan telah terpampang nyata dihadapanku segala kesahihannya. Kemampuanmu membaca isyarat dan kehandalanmu tanpa syarat telah membuatku terlalu jauh dalam kubangan cinta tak bertepi. Kau terlalu kuat dalam menghipnotis kewarasanku, dan Aku tak punya pilihan selain menujumu.
Penajam Paser Utara, 14 Februari 2024
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H