Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Muara Kenaifan

28 Januari 2023   22:22 Diperbarui: 28 Januari 2023   22:29 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muara Kenaifan

Aku tak tahu, apakah pagi yang terlalu cepat bertandang, atau aku terlampau lambat terpanggang---dari hangatnya yang menghadang, menyelinap dibalik jendela kaca menerawang.

Kenaifan kemarin, membawa kita pada kebisuan panjang, berpuasa menahan rasa.

Secara verbatim, kubaca anonim dari sedikit rindu yang kau dedahkan. Sebuah keadaan janggal diantara kelindan pikir yang telah lama saling berbaur.

Bukankah Kau tahu, bahkan mahfum, jika keadaanku tak pernah akan baik, jika tak mendengar celotehmu, kendati kadang-kadang memanaskan telinga, tapi aku selalu menikmati riuhnya.

Lantas apa yang harus aku lakukan;

Jika berjuta kata yang kukirim lewat semilir angin--tak kau hirau.

Baca juga: Puisi di Matamu

Kata orang diam adalah emas, namun terkadang emas dihasilkan dari komat-kamit, kecerewetan sang pengaduk kata.

Lalu aku harus menjadi siapa; aku telah diam, dalam kecamuk hati penuh tanya. Entah berapa ribu kalimat dalam endapan pikir telah menjelma puisi, meski tak mampu kutuliskan.

Aku tak tahu, apakah ufuk pagi yang memerah di timur, akan membangunkanku, dengan suara atau kata yang kau kirimkan lewat hembusannya yang lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun