/1/
Telah kutulis kisah kita pada selembar kertas usang: mengejar sore yang rimbun, menjemput senja yang ranum, angin merambat perlahan, mengudara pikiran kita: mengembara. berpijak kita pada rumah sunyi. Ketika malam bertandang menangkup keheningan, engkau menuntunku menuruni lembahmu, kemudian aku takluk.
/2/
Hendak kugoreskan sebuah coretan: sebuah kanvas rindu yang mengombak, dan menjelma lukisan indah, adalah dirimu dalam fragmen itu, segala cermat kupenuhi, membuat titik-titik garis yang presisi. Aku tak ingin rona wajahmu ternoda sedikitpun, aku ingin wajahmu adalah cahaya rindu pengobat pilu.
/3/
Aku ingin melewati malam tanpa ragu: bersamamu memandangi rembulan yang utuh, cahayanya menembus batas-batas rindu, kita menenun mimpi-mimpi menjadi secarik candu, lalu berdua saling menggengam sepuluh jari penuh, tak ada aral yang mengganggu, hingga pagi tiba embun meluruh; cahaya mentari bersahaja nampak di ufuk timur.
Balikpapan, 30 Mei 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
*Baca Juga Puisi Lainnya:
Puisi Sebelumnya: Aku dan Perempuan dalam Khusyuknya Â
Puisi Pilihan Lainnya: Dilema