Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Sebuah Malam Musim Hujan di Tepi Muara Sesumpu

28 Januari 2021   12:40 Diperbarui: 28 Januari 2021   12:46 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Sebuah Malam Musim Hujan di Tepi Muara Sesumpu

Penghujung sore musim hujan di tepi muara sesumpu
Sepanjang senja menikmati semilir angin
Waktu yang tepat untuk rehat sejenak; kerja rutin
Telah merampas hak tubuh

Terhanyut dalam suasana alam sejuk
Berpikir jika tak cukup sekedar istirahat
Ini waktu yang pas untuk menikmati menu pavorit
Teh panas dan pisang keju

Kulihat Kau datang melewati lebat hutan bakau
Aku merasakan aroma kuda putih tunggangan
Suaranya melengking
Mengagetkan sekumpulan burung bangau

Langkah kakimu pasti
Mengisyaratkan rindu
Semakin mendekat ke arahku berdiri
Semakin dekat semakin melaju

Aku yakin pada sebuah hakikat
Bahkan sesuatu di luar nalar
Seperti dirimu percaya; Tuhan, simpati, empati, suka dan duka
Dan rindu yang datang tak kasat mata

Aku menyukai keadaan ini
Engkau hadir dan hutan-hutan menyigi
Engkau begitu menyukai senja berkabut
Dan hujan yang rinainya pelan meluruh

Malam mulai merasuk dingin
Bulir air tiada henti merilis
Lengan hujan memapah tubuhmu
Menyusup diantara dua bukit ranum

Angin menghela nafas panjang
Bermukim dalam gigil tubuhmu
Mengendap perlahan di sela-sela batu
Dan rerumputan basah alas kita bercengkrama

Langit terlihat gelap
Gemerlap lampu-lampu perahu nelayan
Memantulkan bias-bias cahaya
Romansa menggema seketika

Wajah-wajah kian menyepi
Dua pohon rindang rebah di selasar
Berbaring letih tanpa alas di atas taman terbengkalai ditepi air
Seiring; Kumbang malam khusyuk menghisap madu kembang matahari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun