Telah kusisihkan uang,
Untuk membeli sepatu boots dan mantel,
Ketika lembar baru kalender mulai di cetak.
Kemudian ku teliti massa otot,
Sanggupkah ia melangkah se kehendak pikiran.
Kuhitung-hitung tabungan tahun lalu,
Betapa borosnya Aku,
Berniaga tak untung,
Bersedekah jarang,
Sedangkan hujan pun tak pernah letih-letihnya meluruh.
Mengapa Aku begitu khawatir,
Tentang dua puluh empat purnama mendatang,
Aku akan menikmati terang,
Masih tersisa beberapa lembar kertas merah dalam dompet,
Dan dimana-mana air menggenang: Di kota, di desa hingga pelupuk mata.
Â
Balikpapan, 19 Januari 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Pilihan Lainnya: Menjelma Bayang-bayang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H