Di Kota ini
Selalu kuharap dirimu datang menemani
Menyalakan tungku bara api
Aku mendamba kehangatan
dari dingin malam kehampaan
Tak kuasa sendiri menahan gigil badan
Kecemasan tak bertepi
Jika jawaban belum juga kutemui
Perihal harapan-harapan tak pasti
Tak Ku pelihara asa selain tentangmu
Rela kutinggalkan segala riuh
Karena Kau yang memegang edelweis depan pintu
Lautan antara kita membentang jarak
Ku pastikan terlewati dalam putaran waktu pendek
Ku siapkan kompas untuk menjangkau pasti; tak menebak-nebak
Seruak cemas di bening bola matamu
Akan kuhapuskan jejak-jejaknya tanpa sisa; utuh
Ku tiriskan lembut segala duka di benakmu
Aku menunggu kepastian
Hadirmu menjadi pelepas dahaga kehausan; bertahun - tahun
Hujan bagi kemarau, Bandar bagi kesunyian Â
Entah sampai kapan
Aku menjaga dan memelihara setangkai harapan
Ke arahku bahtera Kau layarkan
Balikpapan, 22 November 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya: Paradoks Pagi