Dipelataran pagi yang sejuk
terdengar syahdu burung-burung kecil sahut-sahutan berkicau
Aku yang berdiri memandangi ilalang
Lupa jam tidur semalam
Aku terlarut dalam rasa pongah
Keajaiban hasrat terlanjur kita dedah
Aku mengirim isyarat cinta
Dan Engkau menyambutnya sempurna
Pada malam-malam lalu yang kelam
Pada suara-suara alam mencekam
Beranda pikiran kosong melompong
Kegetiran, kepedihan, menawan sekonyong-konyong
Pertemuan singkat setahun lalu
Di telaga biru
Di bawah pohon randu lebat dan ranum
Meninggalkan selaksa kenangan menghujam
Aku mencium jemari lentikmu
Kuucapkan selamat hari lahirmu
Engkau tersenyum manja
Dan lalu kita berpandangan mata
Hari itu menjadi penanda cinta
Mengisyaratkan pembuktian nyata
Kita berjanji akan menjalin kasih
Dan sejak itulah kita memulai kisah
Momen itu telah menjadi monumen
Gugusan tanaman perdu menjadi saksi kebisuan
Kita terlanjur jatuh pada jurang
Namun enggan bangkit menapaki jalan
Tersisa kini
Potongan-potongan bias merangkai
Sumbu-sumbu pikiran mengangkangi ingatan
Memori -memori hari tak kesudahan
Kita telah jauh terjerembab masa
Dalam manisnya rasa dalam raga-jiwa
Gugusan hari-hari tak tersisa
Kecuali tentang rindu maksimum terpahat
Balikpapan, 17.05.2020
Ali Musri Syam Puang Antong