[caption id="attachment_174127" align="aligncenter" width="425" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Rekan-rekan Kompasianers ada yang lahir 29 Februari? Di Belanda, 'gerombolan ajaib' ini disebut schrikkelkind. Menurut data CBS, Biro Pusat Statistik Belanda, 29 Februari 2012 tercatat 10.613 orang merayakan hari jadinya. Masih mengutip CBS, 2008 silam, tahun kabisat paling recent, 560 bayi dilahirkan dan 460 pasangan pengantin mengucapkan sumpah setia di catatan sipil. Buat perbandingan, tanggal-tanggal lain di bulan Februari—penghujung musim dingin di Eropa—paling banter 130 pasangan mengikrarkan janji sehidup semati. Boleh jadi, 29 Februari dianggap hari khusus atau hari keramat. Ada lho laman fesbuk beranggotakan anak-anak tahun kabisat. Saya pun termasuk golongan 'bayi spesial'. Tapi enggak pake telor. Hehe... Apa sih suka dukanya lahir di 'hari kejepit' ini? [caption id="attachment_174115" align="alignleft" width="360" caption="Byurrr, dingin-dingin dimandiin... "]
Dulu, sewaktu masih di SD, saya sering diolok-olok kakak-kakak kelas. “Masih kecil udah korup umur,” begitu ejek mereka. “Weeeeekkk,” balas saya sambil menjulurkan lidah. Biasanya, orang tua saya sengaja mengirim surat izin tak masuk sekolah di ‘hari khusus’ itu. Lalu, kami membuat syukuran seadanya atau jalan-jalan ke kebun binatang. Mereka sadar, saya hanya bisa merayakan ulang tahun empat tahun sekali. Irit.
Duduk di SMA, saya sengaja bolos 29 Februari, meski orang tua tak setuju. Jutek aja, bakal dikerjain teman-teman sekelas. Tahun-tahun selanjutnya, jika Februari berakhir di tanggal 28, saya boleh pilih hari apa mau ulang tahun. Praktis, kan? Oya, kalau ditilik lebih lanjut, kelompok leap year babies ini ‘awet muda’. Kok bisa? Iya lah, ketika teman sebaya menginjak umur 40 tahun, usia kami baru 10 tahun. Masih kunyil… Di bangku kuliah, saya selalu dianggap ‘lain’. Saat ada acara kumpul-kumpul, banyak mahasiswi usil ngorek-ngorek informasi. “Pingin deh ngerasain ultah ke-5 dua kali,” celetuk mereka. “Pesen aja kue taart dihiasi lima lilin,” jawab saya santai sembari ngeloyor. Kakak perempuan saya pernah menghadiahi foto dibubuhi tanda tangan almarhumah Benazir Bhutto. Waktu itu, girangnya tak terhingga. Serasa ketiban durian runtuh. Setelah menetap dan ngantor di kingdom-nya Ratu Beatrix, saya ambil cuti 29 Februari. Rileks saja di rumah, atau menyusuri pantai dan hutan jika cuaca mendukung. Saya enggak muluk-muluk. Tak ada harapan istimewa tiap 29 Februari. Belajar downsizing, menikmati hari jadi seperti hari-hari lain. Mellow ya… Lagipula, kalau dipikir-pikir, buat apa kerja ‘gratis’ sehari buat perusahaan. Kan kalender gaji enggak kenal 29 Februari. Wah, ketahuan deh culasnya. Haha… Apa kado teristimewa yang pernah saya terima? Kelahiran Dayinta, buah hati saya dan partner tercinta. Menurut ginekolog kami, awal 2008 lalu, Day—panggilan sayang putri kami—bakal lahir pada pekan kedua Maret. Ternyata, Yang di Atas punya kehendak lain dan Day mbrojol pukul 13.42, 29 Februari 2008. Pff, tambah lagi barisan ‘anak ajaib’ di silsilah keluarga kami. Tahun itu pula, kami sekeluarga diundang kotapraja tempat kami bermukim untuk mengambil akte kelahiran. Waktu itu, seingat saya ada dua atau tiga pasangan lain mendapat sertifikat serupa. Uniknya, sekretaris walikota yang menyerahkan kartu ucapan sedang jarig juga alias kelahiran 29 Februari. Pengalaman berkesan buat kami sekeluarga. Seumur-umur, belum pernah diundang walikota. Sesuatu banget ya… Masih banyak ‘sertifikat’ lain yang saya kumpulkan, entah dari McDonald’s, Disneyland, atau tempat-tempat hiburan sejenisnya. Tak ketinggalan, kartu ucapan keluarga dan sahabat-sahabat terkasih. Itu bagian riwayat hidup saya. Hari ini, 29 Februari, saya sengaja mematut di kaca. Hidung tetap pesek, pipi gembil, dan dagu pun makin bundar. Guratan mulai tampak jelas di kening. Mampukah saya menapaki ‘quantum leap’ selanjutnya? Dua kali berusia 11 tahun, dua kali 12 tahun, dua kali sweet seventeen… Tralala, panjang umurnya, sehat badannya, kuat imannya di dalam Tuhan… Hadeeeuuuh…
Amsterdam, 29 Februari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H