Boneka kondang Barbie membuat kejutan lagi. Setelah rujuk dengan soulmate-nya, Ken, kini Barbie pindah haluan jadi arsitek. Sebelumnya, ia sudah berganti profesi sekitar 125 kali, di antaranya pembalap mobil, ahli bedah, astronot, dan perawat. Mulai Senin (15/8) lalu, Barbie beredar di pasaran dengan outfit ala arsitek – lengkap dengan kacamata trendi, tas merah jambu berbentuk pipa, dan baju terusan bergambar skyline. Metamorfosa Barbie didukung oleh American Institute of Architects yang 17% anggotanya adalah wanita. Lembaga ini menyelenggarakan sayembara bertema rumah impian Barbie. Kedua pemenangnya, Ting Li asal Cina dan Maja Kramar dari Kroasia, baru saja lulus dari Harvard’s Graduate School of Design dan saat ini bekerja di New York. Rumah rancangan mereka tentu saja berwarna pink, tapi kali ini goes green. Kediaman boneka molek ini dilengkapi panel surya, toilet hemat air, lampu hemat enerji, lantai bambu, mebel buatan pengrajin lokal, dan atap merangkap kebun dengan sistem pengairan daur ulang. Selain itu, lemari pakaian Barbie tersambung dengan komputer. Tinggal tekan tombol, baju yang ingin dipakai Barbie bakal tersedia di kamarnya. Pendek kata, eco-high tech! Tapi, kok tak ada garasi untuk mobil? Menurut Li dan Kramar, Barbie tak perlu kendaraan roda empat. Ia lebih senang menggunakan Vespa merah jambu kesayangannya. Keputusan Barbie berganti pekerjaan bukan tanpa rintangan. Sebenarnya, hasil jajak pendapat perusahaan Mattel, produsen Barbie, pada 2002 sudah menyebut profesi arsitek. Tetapi, menurut Mattel, pekerjaan ini belum populer di kalangan konsumen cilik. Hingga akhirnya Despina Stratigakos, arsitek perempuan sekaligus profesor di University at Buffalo, 2010 silam menulis surat dan mendesak Mattel, sudah waktunya menyoroti profesi satu ini. Kejutan menyenangkan untuk Stratigakos, ia mendapat jawaban positif dari Mattel. Apalagi, arsitek senior ini sudah gencar ‘kampanye’ sejak 2002. Menurut Stratigakos, Barbie cocok jadi arsitek. “Kata siapa arsitek tabu memakai warna pink,” sergahnya. Barbie sering dikritik, terutama pengaruhnya terhadap gadis-gadis cilik. Kali ini, penampilan Barbie pun jadi bulan-bulanan para perancang bangunan. Situs architizer.com melaporkan, kacamata Barbie dan tas berbentuk silinder wadah draft itu sudah ketinggalan zaman. Sekarang, arsitek lebih sering memakai beamer dan iPad. Namun, Tricia Anne Stuth, jubir situs tersebut, tak ambil pusing. “Mudah-mudahan Barbie bisa membangkitkan rasa ingin tahu anak-anak perempuan mengenai arsitek.Sudah banyak wanita kuliah arsitektur, tapi sebagian besar berguguran di tengah jalan,” pungkasnya. Sumber dan ilustrasi: Harian NRC Handelsblad “Barbie’s nieuwe eco-huis” (15-08-2011)
Amsterdam, 25 Agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H