Â
Â
Ketika saya pensiun jadi TKI, saya di terima di sebuah group Resto, yang jualan makanan barat, dan itulah awalnya saya berkenalan dengan daerah Thamrin, karena salah satu lokasi resto tersebut berada di sana tepatnya di Grand Indonesia Mal, sebenarnya saya enggak begitu hapal daerah Jakarta, saya meraba-raba aja, emang sih ada gojek tapi saya putuskan untuk naek busway, kopaja dan angkot, rasanya luar biasa, setiap hari harus berdesek-desek di kopaja di tengah macet dan keriuhan ibukota.
Jadwal kerja saya cuma dua waktu, kalo masuk pagi dari jam 8 sampai jam 4 sore kalo masuk siang dari jam 12 sampai jam 8 malam, setiap hari saya berhenti di terminal Tosari kemudian berjalan kaki menuju Grand Indonesia, pada umumnya saya merasakan penjagaan di setiap tempat termasuk cukup ketat, misalnya di Grand Indonesia aja, setiap pengunjung selalu di periksa oleh pak Satpam begitu juga dengan mobil-mobil yang hendak masuk ke area gedung.
Tidak hanya untuk pengunjung, kami para staf yang bekerja di dalam gedung juga kudu melewati pintu detektor, kalo bawa macem-macem pasti bunyi deh itu pintu, bunyinya kayak kucing kejepit pintu. bahkan kadang-kadang pihak keamanan di sana ngasih ''hormat'' ala militer ke kita-kita sembari mengucapkan salam. Mereka tampak terlatih dan profesional.
Tampilan mereka bersafari, model rambut cepak mirip ABRI bukan '' Anak Buah Rhoma Irama ya'' selain pejantan ternyata ada juga aparat keamanan gedung yang berasal dari ''tulang rusuk pria'', mereka tampak gagah dengan seragamnya, mereka selalu menggengggam alat komunikasi.
Setiap lantai pihak keamanan selalu ada, posisi mereka di depan lift agak nyudut, di sana biasanya ada meja kecil tempat mereka biasa duduk, kalo kita enggak begitu hapal tempat yang hendak kita kunjungi, kita dapat bertanya dengan mereka. walaupun sebenarnya di Grand Indonesia ada petugas khusus bagian informasi.
Pernah suatu ketika saya ketiduran dalam busway, mestinya saya turun di halte Tosari, saya baru bangun ketika bis sudah nyampe monas, apes pisan, kepaksa deh, saya jalan kaki, beneran saya jalan kaki dari monas ke Grand Indonesia, untung waktu itu saya masuk pagi jadi cuaca enggak terlalu panas.
Dari berjalan kaki itulah saya melihat jejeran gedung-gedung pencakar langit sepanjang jalan Thamrin, saya jadi teringat jalan Sheikh zayed di Dubai, di mana banyak banget gedung-gedung tinggi di sana. Sama seperti keamanan di Grand Indonesia, setiap pengunjung saya lihat selalu di periksa demikian juga dengan mobil mereka, jadi sekali lagi, penjagaan di sekitaran Thamrin termasuk cukup ketat.
Bagaimana dengan orang-orang yang beredar di sekitar Thamrin, karena area ini di dominasi gedung-gedung tinggi tempat ''semedinya'' para pekerja kantoran maka dapat di tebak yang suka berkeliaran adalah orang kantoran walau demikian tidak semua pekerja kantoran, ada juga kaum pedagang, mulai dari pedagang permen, pernak-pernik HP, peniti, gelang-gelang, saya melihat mereka di jembatan Tosari, ada juga penjual gorengan, macam-macam minuman, lengkap deh.
Tidak sedikit juga orang asing yang beredar di kawasan Thamrin, di kerjaan saya sendiri hampir setiap hari ada pengunjung yang berasal dari negara lain, entah itu dari Eropah, Arab hingga India. Wa bil khusus di Grand Indonesia, banyak pula keluarga-keluarga muda, anak-anak ABG, dan sekali lagi para pekerja, kebetulan memang di Grand Indonesia banyak resto yang bekerja dengan bank-bank tertentu ( Kerja sama diskon) jadi aja, para pekerja tersebut datang untuk makan dengan harapan bisa dapat diskon wkwkwkw.