Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Gadis Penjual Balon...

4 Februari 2015   03:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_367073" align="aligncenter" width="324" caption="Berdiri bagai ''patung'' dok pribadi"][/caption]

Tak sengaja aku melihat dia, seorang gadis berkaos putih, bercelana Jeans, di tangannya ada beberapa buah balon berlambangkan tokoh-tokoh kartun televisi, dia tanpak mondar-mandir, di antara para kerumunan pengunjung, jika di lihatnya ada pengunjung yang membawa anak, dengan penuh harap dia mendekat, menawarkan balon-balonnya.

Tapi malam ini sepertinya dia kurang beruntung, entah sudah berapa orang yang dia tawarkan balon, tapi belum juga ada yang membeli, namun tidak terlihat raut putus asa, dia terus berkeliling taman, siapa tahu di antara para pengunjung ada yang berniat membeli balon-balonnya.

Menawarkan balon yang harganya enggak seberapa betapa susahnya, tanpa perlu berfikir lama, kita sudah tahu, berapa dirham keuntungan yang dapat dia kumpulkan dari menjual balon-balon itu, tapi tampaknya dia berprinsip, biarin kecil juga yang penting halal dan tidak merepotkan orang lain.

Diriku suka kagum dengan mereka yang terus berjuang, walau pun tahu persis, apa yang bakal mereka dapatkan tidaklah seberapa, bagiku, orang-orang seperti itu adalah  petarung sejati, seringkali kita merasa gengsi atau sungkan menjadi seorang pedagang kecil, apalagi kalo kita bergelar sarjana.

Gadis penjual balon itu adalah sebagian kecil dari gadis-gadis Filipina yang berada di Dubai, mereka tinggal di kamar-kamar kecil yang berpenghuni ramai, semakin ramai penghuni kamar maka ongkos kamar akan semakin murah, sudah menjadi rahasia umum, kalo mau cari kamar murah di Dubai harus rela-rela berpenuh sesak, tidak ada lagi privasi yang penting badan dapat berbaring untuk mengilangkan rasa letih yang menghampiri.

Gadis penjual balon itu terus bergerak, sementara hari semakin malam, sebentar lagi acara-acara di taman akan berakhir, dengan demikian para pengunjung akan berangsur-angsur pulang, sedangkan balon di tangannya masih belum ada yang laku, aduh, betapa malam ini keberuntungan belum berpihak kepada-mu.

Aku terus memperhatikan gadis penjual balon itu dari jauh, tampak dia mendekati beberapa orang, bisa jadi dia berfikir, orang-orang tersebut akan membeli balonnya, namun, lagi-lagi dia harus menelan kekecewaan, jangankan menawar balonnya, melirik pun mereka tidak.

Lalu gadis penjual balon itu kembali ke posisinya semula, mendekati sebuah ''monumen'' dari kardus, di mana tidak sedikit orang yang mengambil foto di sana, dengan tetap tersenyum dia berdiri dekat sekali dengan monumen, Alhamdulillah, Akhirnya ada juga yang membeli balonnya, senyumnya makin mengembang, dia berharap semoga ini menjadi awal....

Akhirnya, bis yang ku tunggu datang, aku harus segera meninggalkan taman, untuk menuju tempat peristirahatan, aku memang suka menunggu bis kantor di taman ini, kebetulan tempatku  bekerja menyediakan bis gratis, jadwal bisnya jam 8 dan jam 10 malam. Kali ini aku  naik bis yang jam 10 malam.

[caption id="attachment_367074" align="aligncenter" width="324" caption="Bergerak dan terus bergerak, menawarkan balon di tangan. dok pribadi"]

14229694271150596354
14229694271150596354
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun