Mohon tunggu...
Alimuhammad Alfi
Alimuhammad Alfi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

try to be better

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahabharata: Keangkuhan Membawa Malapetaka

23 Desember 2022   22:55 Diperbarui: 23 Desember 2022   23:48 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan kisah Mahabharata? Ya Mahabharata adalah salah satu dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta, yang kemudian di kisahkan kembali oleh Nyoman S. Pendit. Mahabharata sendiri menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Korawa memperebutkan takhta Hastinapura.

Terdapat ratusan bab yang ditulis dalam kisah ini dengan judul yang berbeda-beda, salah satunya berdujul Pengadilan Terakhir pada bab terakhir. Bab ini menceritakan perjalanan kelima Pandawa beserta Draupadi dan seekor anjing yang mendaki Gunung Himalaya untuk mencapai kediaman Batara Indra. Dalam perjalanan panjang, mereka berziarah ketempat-tempat sucidan melintasi hutan belantara yang dihuni berbagai binatang buas, setan, jin, dan makhluk-makhluk gaib lainnya.

Mereka berjalan siang dan malam tanpa henti hingga pada suatu hari, mereka tiba di puncak Gunung Himalaya lalu mulai mendaki dengan susah payah. Dalam pendakian ke puncak, satu persatu dari mereka jatuh ke dalam jurang lalu lenyap ditelan bumi. Yang pertama kali jatuh adalah Draupadi. Dosanya adalah karena ia sangat mencintai Arjuna, lebih dari keempat saudaranya. Setelah Draupadi, menyusul Mahadewa. Dosanya ialah terlalu percaya diri dan terlalu yakin akan kesaktiannya hingga meremehkan dewa-dewa dan orang lain. 

Kemudian, Nakula. Kesatria ini memuja ketampanannya sendiri dan merasa bahwa keyakinan dan pandangannya yang paling benar. Setelah itu Arjuna jatuh ke jurang. Arjuna terlalu yakin akan kemampuannya untuk menghancurkan semua musuhnya. 

Demikian besar keyakinannya, hingga ketika ia terjatuh, ia tidak mau menyerah begitu saja. Ia terus berusaha bangkit, sampai-sampai turun sabda dari surga yang mengatakan bahwa ia tak mungkin bersikeras memegang keyakinannya selama ia masih didunia. Arjuna disusul Bhimasena yang merasa kekuatannya bagaikan angin topan yang mampu menghancurkan bumi.

Dari kisah Mahabharata jika dibandingkan dengan keadaan saat ini, banyak orang yang merasa bahwa dirinya adalah segalanya. mereka merasa bahwa mereka yang memiliki kekuasaan hingga dapat berperilaku sesukanya Padahal semua hanyalah butiran-butiran kecil yang diciptakan oleh sang pencipta secara merata tanpa ada perbedaan sedikitpun. pelajaran dari kalimat diatas artinya kita tidak boleh sombong dengan apa yang kita miliki atau kita akan mendapat balasan yang sesuai dari sang pencipta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun