Mohon tunggu...
Alimuhammad Alfi
Alimuhammad Alfi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

try to be better

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahabharata: Sikap Yudhistira

21 Desember 2022   14:45 Diperbarui: 21 Desember 2022   14:55 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahabharata adalah salah satu dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta, yang satunya lagi adalah Ramayana. Mahabharata menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Korawa memperebutkan takhta Hastinapura. 

Dalam cerita mahabharata, terdapat salah satu bagian yang menurut saya dapat dibagikan untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada bagian Swargarohanaparwa. 

Swargarohanaparwa menceritakan tentang kisah Yudhistira yang berhasil mencapai puncak Gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia dan menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan binatang itu. Anjing tersebut kemudian menampakkan wujudnya yang sebenarnya, yaitu Dewa Dharma. Di dalam ceritanya, Yudhistira adalah seorang yang sangat setia, bijaksana, dan teguh terhadap pendiriannya. 

Dalam perjalanannya mendaki Gunung Himalaya satu-persatu saudaranya jatuh ke jurang. Namun dengan keteguhannya, meskipun keempat saudaranya beserta Draupadi telah hilang ditelan bumi, Yudhistira terus mendaki bersama anjingnya. ia merasa sakit dihatinya namun ia tetap teguh sambil memanjatkan doa-doa dan mengucapkan mantra-mantra. Ia tak berhenti dan terus mendaki. 

Kita dapat menerapkan sikap Yudhistira yang tegar terhadap pendirian. Kita tidak boleh lupa dan berhenti begitu saja ketika kita mendapati masalah. Kita harus ingat apa tujuan kita dan terus berusaha sampai kita mendapatkannya. Kita juga harus menerapka sikap setia yang dimiliki Yudhistira, ia tidak mau meninggalkan anjingnya ketika ia diajak untuk naik kereta yang akan membawanya kesurga, ia tetap ingin mengajak anjingnya tersebut walaupun tidak diperbolehkan bahkan ia sampai tidak ingin naik ke kereta tersebut jika anjingnya tidak boleh diajak. Kita harus menerapkan sikapnya yang sangat setia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun