Mohon tunggu...
Syaiful Alkhairy
Syaiful Alkhairy Mohon Tunggu... -

dari pada cakap sendiri mendingan nulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Garuda Ringkih Peliharaan Paman Sam

5 Maret 2013   17:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:16 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem politik transaskional yang sudah diatas ambang nomal dapat dijadikan kambing hitam dari carut marut negeri ini . Kebobrokan moral para politisi yang menggrogoti menggurita merusak sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini terjadi diseluruh komponen negeri ini termasuk komponen sipil. Tentunyayang didapat akibat salah mengambil guru. Begitu mahal ongkos yang diminta dari sistem ini.Titah guru yang harus diikuti karena sejak dahulu berhasil mencengkram lambung dan kemaluan elit negeri ini.

Situasi politik sudah sangat bising, walau berbicara dan mengungkapkan ekspresi terasa begitu nikmat di zaman sekarang. Harapan besarnya adalah kita hanya bicarakan hal hal yang berkualitas., Bukan melulu bicara yang disibukkan oleh pemilihan . Cilakanya yang mau dipilih adalah politisi politisi yang sudah betul betul mirip tikus . Politisi yang dihasilkan dari sistem politik yang transaksional., yang sudah tercemar penyakit korup lahir dan batin.

Sudah saatnya kita sadar bahwa sitem politik negeri ini harus bersumber dari falsafah negeri-dasar negara ini, yaitu Pancasila. Kita telah nyata nyata melanggar sistem yang tegas diatur oleh dasar negara kita. Bukankah demokrasi kita harus berdasarkan permusyawaratan dan perwakilan. Seharusnya hanya ada satu pemilu dalam 5 tahun yaitu pemilihan anggota DPR/ MPR dan MPR lah yang memilih Presiden. Pendapat saya ada baiknya Presiden yang menunjuk langsung Gubernur. Gubernur menunjuk Walikota/ Bupati..Walikota/ Bupati menunjuk Camat. Camat Menunjuk Lurah., dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat lokal.

Pendapat yang berbeda soal cara pasti ada tapi setidaknya kita sepakat bahwa kita mesti lepas dari kandang yang kita biarkan pembuatannya. Perjuangan dari keterjeratan ini dipastikan tidak akan berhasil karena Sang Guru ingin tetap anak didiknya sibuk tak menentu, saling tikam -karena semua elit negeri ini adalah maling maling yang ingin dianggap manusia bersih . Sehinggga Sang Guru bisa tetap nyantai mengrogoti kekayaan negeri ini. Negeri subur yang tak kunjung tandus walau sudah dirampok beratus ratus tahun baik oleh penjajah, pengkhianat dan juga oleh Sang Guru-penyuka minyak dan emas serta hobi perang untuk menebar ajarannya. Kecuali kita berani lapar-sebentar saja.

^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun